Assalamualaikum Wr. Wb. Perkenalkan nama saya Okta Saputra, biasa dipanggil Okta atau Putra. Saya lahir dan besar di sebuah desa di Provinsi Lampung. Tepatnya di Kabupaten Pringsewu, Kecamatan Pagelaran. Saya lahir 19 tahun yang lalu. Saya orang desa, yah sekirannya hal itu cocok saya sandang. Karena memang begitulah. Kehidupan masa kanak-kanak saya habiskan untuk bermain di sawah, berburu buah jambu air di kebun, mencari ikan di sungai dan sebagainya. Keluarga saya adalah keluarga petani. Meskipun ayah juga seorang guru sekolah dasar namun kemampuan bertaninya tak diragukan lagi. Begitu juga ibu sangat ahli dalam bertani. Tetunya ibu juga harus membagi waktu untuk menyelesaikan urusan rumah tangga. Ibu tidak bekerja hanya mengurus keluarga dan membantu ayah bertani.
Saya merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Dari keenam saudara saya itu barulah saya yang bisa menkmati bangku kuliah saat ini. Sewaktu kecil, saya tidak merasakan indahnya bersekolah di Taman Kanak-Kanak (TK). Lokasi Sekolah TK ada di desa tetangga. Itu sangat jauh. Keluargaku belum punya kendaraan waktu itu. Jadilah saya tidak bisa menikmati masa Taman Kanak-Kanak. Saya langsung bersekolah di Selkolah Dasar (SD) meskipun waktu itu umur saya belum cukup untuk masuk SD. Namun saya ngotot ingin sekolah karena teman-teman yang lain sudah pada sekolah dan saya mungin merasakan jenuh karena tidak ada teman bermain sewaktu pagi. Awalnya niat orang tua saya menyekolahkan saya di SD dengan umur yang belum cukup adalah hanya untuk main-main saja. Artinya bahwa tahun depan saya akan masuk kelas satu lagi. Memang diniatkan untuk tidak naik kelas. Namun prestasi saya lumayan bagus jadilah guru saya menaikan saya ke kelas dua.
Selain bersekolah, orang tua saya juga menugaskan saya untuk mengembala sapi yang keluarga kami miliki. Kegiatan rutin saya adalah pagi sekolah, siang sampai sore di sawah untuk mngembalakan sapi dan malam untuk mengaji di TPA setalah itu barulah belajar dan mengerjakan PR. Meskipun kegiatan sehari saya cukup sibuk namun prestasi di sekolah tetap terjaga. Buktinya pada kelulusan SMP saya berhasil menjadi juara umum.
Memasuki masa SMA, saya aktif di kegiatan Rohis dan saya diamanahkan untuk menjadi ketua Rohis di SMA. Amanah yang cukup berat namun saya harus melaksanakan amanah itu dengan sebaik-baiknya. Banyak pelajaran yang saya bisa ambil dari kegiatan Rohis tersebut. Saya bisa menemukan teman seperjuangan yang ingin mendapat ridho Allah. Kekeluargaan yang sangat erat serta ilmu yang didapat sungguh merupakan hal yang sangat luar biasa. Menjelang kelulusan SMA, saya utarakan niat saya untuk kuliah kepada orang tua saya. Orang tua saya agak sedikit ragu karena kondisi ekonomi keluarga saya waktu itu sungguh sangat memprihatinkan. Ketika saya utarakan niat itu oraang tua saya hanya diam tanpa memberi suatu kepastian.
Saya yakin sebenarnya orang tua saya ingin sekali mengabulkan keinginan anaknya itu. Namun mereka harus berfikir dua kali karena masalah ekonomi itu. Saya hanya menunggu kepastian itu. Meskipun saya belum tentu diizinkan kuliah namun saya tetap mempersiapkan diri untuk mengahadapi ujian masuk perguruan tinggi. Saya membeli buku latihan soal dan saya selalu mencoba dan berlatih dengan soal yang ada. Bahkan saya juga mengikuti les persiapan masuk perguruan tinggi dengan biaya yang saya ambil dari tabungan saya. Pada akhirnya orang tua saya mengizinkan saya untuk melanjutkan kuliah. Saya sangat senang waktu itu,. Saya menjadi lebih semangat untuk belajar. Saya tahu orang tua saya harus berhutang kesana kemari untuk bisa mengabulkan permintaan anaknya. Saya berjanji tidak akan meyia-nyiakan kesempatan itu.
Tes masuk perguruan tinggi dimulai. Saya mengerjakan soal dengan telitih. Saya kerahkan seluruh tenaga dan fikiran untuk mengerjakan soal itu. Segala trik yang diajarkan pada waktu les saya gunakan semua. Saya harus bisa menyenangkan orang tua saya dengan membuktikan saya bisa kuliah di jurusan yang saya inginkan. Namun takdir berkata lain. Saya tidak lulus tes. Saya gagal. Betapa sedihnya saya. Saya gagal membuktikan kepada orang tua saya kalau saya bisa. Entah mana soal yang salah. Waktu itu saya benar-benar yakin saya akan lulus. Namun sekali lagi takdir berkata lain. saya utarakan kegagalan saya kepada orang tua saya. Namun hebatnya orang tua saya tidak marah kepada saya, malah mereka memberikan nasehat kepada saya bahwa masih ada jalan lain untuk menuju kesuksesan, tambah ibadah dan doa kepada Yang Maha Kuasa.
Setelah kegagalan terebut, saya berniat untuk mengikuti ujian masuk diploma di UGM saya ambil jurusan rekam medis dan alhamdulilah saya diterima. Saya mulai mengikuti kuliah dengan rajin. Prestasi yang sangat membanggakan adalah ketika saya berhasil mendapat IP sempurna di semester pertama. Namun saya berfikir kuliah itu bukan hanya kuliah-pulang kuliah-pulang. Saya harus mengasah soft skill dengan berorganisasi. Dan akhirnya saya bergabung menjadi anggota Kopma UGM dan Hima prodi. Selain kuliah dan berorganisasi saya juga bekerja paruh waktu di kafetaria kopma UGM. Meskipun saya sibuk saya tetap meprioritaskan kuliah. Dan itulah kisah saya. dan saya sungguh sangat menikmati proses hidup itu.