Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi, khususnya melalui bonus demografi yang dimilikinya. Namun, di balik potensi besar ini, tersimpan sejumlah tantangan seperti urbanisasi, ketimpangan pembangunan, hingga pengangguran. Dalam kajian buka puasa senin-kamis bertema “Pembangunan dari Pinggiran: Sebuah Refleksi Kepemudaan” yang diselenggarakan oleh Jama’ah Shalahuddin UGM bersama Masjid Kampus UGM dan RUMAH ZIS UGM, Habib Ir. Nabiel Al Musawa, M.Si. memberikan pandangan inspiratif tentang bagaimana Islam dan semangat kepemudaan dapat menjadi jawaban atas tantangan ini.
Islam dan Tantangan Urbanisasi
Habib Nabiel membuka diskusi dengan memaparkan kondisi demografi Indonesia yang menunjukkan dominasi populasi di wilayah perkotaan. Urbanisasi, meskipun membawa peluang, seringkali menimbulkan masalah seperti ketimpangan pembangunan dan tekanan sosial di daerah perkotaan. Oleh karena itu, ia menegaskan pentingnya pembangunan yang merata hingga ke daerah pinggiran untuk mengurangi beban yang dipikul kota-kota besar.
Dalam perspektif Islam, produktivitas menjadi kunci untuk menjawab tantangan tersebut. Rasulullah SAW menjadi teladan dalam bekerja dengan profesionalisme dan dedikasi tinggi, sebuah pelajaran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Habib juga menyoroti fakta bahwa angka stunting yang tinggi dan rendahnya tingkat pendidikan di beberapa wilayah adalah masalah yang harus segera diatasi.
Manajemen Waktu dan Profesionalisme
Salah satu poin penting yang disampaikan Habib Nabiel adalah pentingnya manajemen waktu. Mengacu pada teladan para ulama terdahulu, produktivitas dalam mengelola waktu dapat melahirkan karya-karya besar dalam ilmu pengetahuan maupun ibadah. Disiplin, kerja keras, dan konsistensi (istiqomah) menjadi kunci keberhasilan.
Habib juga menekankan profesionalisme sebagai bagian integral dari ajaran Islam. Ia mengingatkan bahwa bekerja dengan baik bukan hanya untuk kepentingan duniawi, tetapi juga merupakan bentuk ibadah kepada Allah SWT. Setiap tugas yang dilakukan dengan niat yang benar akan bernilai pahala di sisi-Nya.
Berislam dengan Prinsip Keseimbangan
Dalam membangun bangsa, Habib Nabiel menggarisbawahi pentingnya menerapkan prinsip wasatiyyah atau keseimbangan. Dalam Islam, perbedaan pendapat (ikhtilaf) seharusnya dipandang sebagai kekayaan intelektual yang dapat memperkaya solusi tanpa menimbulkan perpecahan atau penyimpangan (inhiraf). Prinsip ini sangat relevan bagi Indonesia yang kaya akan keberagaman budaya dan agama, untuk terus menjaga persatuan dalam kebhinekaan.
Motivasi untuk Generasi Muda
Habib Nabiel menutup kajian dengan dorongan semangat bagi generasi muda untuk menjadi agen perubahan. Ia membagikan pengalaman pribadinya tentang pentingnya usaha dan keteguhan hati dalam mencapai kesuksesan. Generasi muda, katanya, harus berani bermimpi besar dan memiliki komitmen untuk membangun daerah yang seringkali terlupakan.
Pesan Penutup
Acara yang berlangsung di Masjid Kampus UGM ini juga disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Jama’ah Shalahuddin UGM, memberikan akses kepada khalayak luas untuk ikut terinspirasi. Dengan semangat Sumpah Pemuda, refleksi ini mengajak semua pihak, terutama pemuda, untuk mengambil peran aktif dalam membangun Indonesia yang lebih adil dan sejahtera.
Pembangunan dari pinggiran bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab seluruh elemen masyarakat. Mari kita bersama-sama mewujudkan perubahan demi masa depan bangsa yang lebih baik.
Untuk menyimak kajian lengkapnya, silakan tonton video berikut: Pembangunan dari Pinggiran: Sebuah Refleksi Kepemudaan.
Foto & Editor: Deski Jayantoro