Archive:

Language: Bahasa Indonesia

Profil KKN-PPM Sub Unit Slarongan

Tim KKN-PPM UGM SLM 15 berlokasi di Desa Sendangmulyo, Sleman. Desa Sendangmulyo terletak di Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Sendangmulyo terdiri dari 16 dusun, yaitu Blimbingan, Diro, Dondongan, Jetis, Klepu Kidul, Klepu Lor, Krompakan, Kwayuhan, Mergan, Prapak Kulon, Prapak Wetan, Sembuhan Kidul, Sembuhan Lor, Slarongan, Sragan Banaran, dan Sumber. Tim KKN-PPM UGM SLM 15 terdiri dari 21 mahasiswa yang ditempatkan pada tiga titik di Desa Sendangmuyo, antara lain Dusun Slarongan (7 mahasiswa), Dusun Kwayuhan (6 mahasiswa), dan Dusun Mergan (7 mahasiswa).

Tema utama dari Tim KKN-PPM UGM unit 15 adalah pengembangan usaha mikro kecil dan menengah dengan judul “Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat melalui Pengembangan UMKM berbasis Koperasi di Desa Sendangmulyo, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY”. Tujuan utama dari KKN-PPM ini adalah meningkatkan keterampilan managerial pelaku UMKM dalam mengelola usaha, mendorong masyarakat untuk memiliki semangat berwirausaha, mampu memecahkan hambatan dan masalah dalam pengelolaan usaha melalui inovasi yang kreatif, meningkatkan kualitas SDM dan pengetahuan pelaku UMKM tentang perencanaan bisnis dan startegi pemasaran, serta mendorong kemandirian ekonomi melalui koperasi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dusun Slarongan merupakan salah satu bagian dari Desa Sendangmulyo yang menjadi lokasi KKN-PPM UGM Unit 15. Slarongan terdiri dari empat wilayah, yaitu Slarongan, Mengger, Tiban, dan Ngemplak. Slarongan memiliki 110 KK yang mayoritas beragama Khatolik. Mata pencaharian utama masyarakat dusun ini adalah bertani, namun sebagian besar masyarakat juga memiliki pekerjaan sampingan sebagai pengrajin besek. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan besek adalah bambu yang telah dikirat menjadi beberapa bagian sehingga mudah untuk dianyam. Selain pengrajin besek, sebagian masyarakat juga memiliki perkerjaan sampingan beternak lele.

Anggota Sub-unit Dusun Slarongan urut dari kiri ke kanan adalah:
1. Rani Fitriya Wardhani (10/297202/SA/15173)
2. Jumali (09/281518/TP/09395)
3. Fathoni Fawzi Idris (10/300687/PA/13332)
4. Abu Rizal Yusuf (10/297994/TK/36505)
5. Debby Anggraini (10/296975/SA/15147)
6. Pintan Nurhani (10/297006/SP/23911)
7. Afina Muharridhotussilmi (09/285666/FA/08414)

Sumber: kkn-rzisugm.blogspot.com

Sub Unit Kwayuhan: Penanaman Jiwa Bercocok Tanam

Kamis, 25/7 Tim KKN UGM Sub Unit Kwayuhan melaksanakan penyuluhan bercocok tanam di SD Kwayuhan, Sendangmulyo, Minggir, Sleman. Penyuluhan bercocok tanam tersebut bertujuan untuk menanamkan jiwa bercocok tanam dan peduli lingkungan sejak dini. Penananam jiwa bercocok tanam yang ditujukan untuk siswa SD menambah poin penting bagi mereka di tengah masa pertumbuhan, sekaligus belajar untuk merawat dan menyayangi tanaman.

Siswa terlihat antusias menanam bibit tanaman cabai yang disediakan. Siswa yang berjumlah 65 anak mendapatkan masing- masing satu bibit cabai yang akan mereka tanam sendiri di dalam kantong polybag yang telah dibagikan. Bibit cabai yang telah mereka tanam kemudian diberi nama dan nantinya akan menjadi tanggung jawab masing- masing siswa untuk merawatnya hingga bibit cabai tersebut tumbuh dan berbuah.

Laa Tahzan, Rencana Allah Jauh Lebih Indah by Zuli Amanah – FTP

Zuli Amanah, itulah nama saya, yang biasa dipanggil dengan nama depan” Zuli”. Lahir di Magelang tepatnya disebuah desa kecil yang berjarak 13 km dari puncak Merapi pada tanggal 28 Agustus 1991. Anak pertama dari empat bersaudara. Bapak saya seorang petani serabutan dan ibu saya seorang ibu rumah tangga yang juga membantu pekerjaan bapak disawah. Alhamdulillah meskipun tidak banyak, bapak dititipi kakek untuk menggarap sawah sendiri, dari situlah orang tua saya mencukupi kebutuhan sehari-hari, meskipun penghasilannya tidak bisa dipastikan, tapi sudah lebih banyak membantu.

Saya dibesarkan dalam lingkunag keluarga yang kurang peduli terhadap pendidikan umum, namun untuk pendidikan agama lebih diprioritaskan, maka dari itu ketika saya akan sekolah ke SD Negeri seperti anak-anak yang lain, saya tidak diperbolehkan terutama oleh Almarrhumah nenek saya, dan harus sekolah di MI ( Madrasah Ibtidaiyah). Selama enam tahun saya mengenyam pendidikan dasar dan benar-benar menjadi dasar untuk ilmu agama bagi saya saat itu setelah dari pendidikan di rumah dan di TK.

Cita-cita ketika di MI, saya berkeinginan untuk melanjutkan sekolah di SMPN favorit dikecamatan saya, saya berharap bapak saya mengijinkan, namun ketika setelah pengumuman kelulusan, bapak tidak mengijinkan saya untuk melanjutkn di SMP favorit dengan alasan terlalu jauh dan saat itu bapak memang sedang tidak ada biaya untuk sekedar mendaftar sekolah. Selesai sudah cita-cita saya untuk bisa sekolah disekolah favorit, tapi Alloh sudah menggariskan kehidupan hambanya dengan sebaik-baik garis kehidupan, akhirnya saya sekolah di MTs Muhammmadiyah didesa tempat saya tinggal. Alhamdulillah selama sekolah di MTs saya hanya membayar biaya sekolah ditahun pertama saja, karena saya mendapatkan beasiswa dari pemerintah untuk siswa yang berprestasi dan berasal dari keluarga kurang mampu.

Sejak saat itulah saya mulai bisa mengerti posisi saya sebagai anak pertama. Sepulang dari sekolah saya membantu pekerjaan bapak disawah sehingga tidak ada waktu untuk bermain dengan teman-teman seusia saya kecuali jika ada tugas berkelompok dari sekolah sehingga saya bisa berkumpul dengan teman-teman sekolah. Itulah rutinitas saya sehari-hari. Dan ketika tiba waktu kelulusan dari MTs, saya sudah dipesan oleh bapak kalau saya tidak usah melanjutkan sekolah lagi karena bapak sudah tidak bisa membiayai sekolah lagi dan gantian adik-adik saya yang melanjutkan sekolahnya. Saat itu saya begitu sedih dan cemburu kepada teman-teman saya yang bisa melanjutkan ke SMA favorit dikecamatan, karena sekolah itu adalah tujuan awal saya untuk melanjutkan. Karena orang tua sudah tidak mengijinkan untuk melanjutkan sekolah karena masalah biaya, maka saya mencari informasi dimana saya bisa sekolah tapi dengan baiya yang ringan.

Alhamdulillah kakak kelas saya di MTs memberikan informasi bahwa ditempat sekolahnya bisa sekolah tanpa harus membayar, saya langsung tertarik dan dengan berbekal semangat yang masih ada saya mohon ijin bapak untuk bisa melanjutkan sekolah meskipun berat bagi bapak karena saya harus sekolah yang jauh yaitu di MA Al Hikmah karangmojo, Gunung kidul, DIY. Disekolah ini saya tidak hanya mendapatkan pendidikan formal saya, namun juga mendapatkan pendidikan keagamaan yang banyak, karena selain sekolah dipagi hari, juga ada pendidikan pesantren di sore dan malam hari. Selama tiga tahun saya menempuh pendidikan Madrasah Aliyah dan pendidikan pesantren, hingga pada saat akhir kelas tiga, salah satu guru saya menawari saya untuk melanjutkan kuliah di UGM dengan mendaftar melalui jalur PBUTM, yaitu peneriamaan mahasiswa yang berasal dari sekeluarga kurang mampu. Saya mendaftar melalui jalur tersebut dan Alhamdulillah diterima dan selama 8 semester saya dibebaskan dari biaya pendidikan kuliah. Dan UGM lah pendidikan Negri pertama saya.

Selama kuliah di UGM saya ikut dirumah orang tua dari ustadz saya yang ada di Jogja ( Ngadinegaran) disana saya san gat banyak dibantu, saya bisa tidur dan makan di rumah tersebut dan diberikan uang saku dan sebagai gantinya saya membantu pekerjaan rumah, bersih-bersih rumah, dan setrika. Dari latar belakang di MA, saya diberikan amanah untuk dapat menbantu menjadi pengajar di sebuah TPA di tempat saya tinggal hingga saat ini meskipun saya sudah tidak tinggal ditempat yang dulu lagi. Alhamdulillah ya Allah. Pada 1 tahun pertama saya ke kampus dengan menggunakan Bus, kemudian di tahun seterusnya saya dipinjami sepeda oleh saudara usatadz saya. Selama kuliah Alhamdulillah tidak membebani orang tua, tapi orang tua membantu kuliah saya. Dan ketika sahun 2011 saya mendapatkan informasi dari teman saya untuk mendaftar beasiswa RZIS UGM, dan alhamdulillah diterima, hingga sekarang saya masih mendapatkan beasiswa dari RZIS UGM. Terimakasih RZIS UGM, yang telah banyak membantu perjalanan saya untuk meraih cita-cita.

Terima kasih ya Alloh telah memberikan semua nikmat ini, semoga semua ini menjadi barokah dan menjadikan bekal untuk lebih dekat dengan-MU . Aamiin.

Cerita Anak Lampung by Okta Saputra – D3 Rekam Medis

Assalamualaikum Wr. Wb. Perkenalkan nama saya Okta Saputra, biasa dipanggil Okta atau Putra. Saya lahir dan besar di sebuah desa di Provinsi Lampung. Tepatnya di Kabupaten Pringsewu, Kecamatan Pagelaran. Saya lahir 19 tahun yang lalu. Saya orang desa, yah sekirannya hal itu cocok saya sandang. Karena memang begitulah. Kehidupan masa kanak-kanak saya habiskan untuk bermain di sawah, berburu buah jambu air di kebun, mencari ikan di sungai dan sebagainya. Keluarga saya adalah keluarga petani. Meskipun ayah juga seorang guru sekolah dasar namun kemampuan bertaninya tak diragukan lagi. Begitu juga ibu sangat ahli dalam bertani. Tetunya ibu juga harus membagi waktu untuk menyelesaikan urusan rumah tangga. Ibu tidak bekerja hanya mengurus keluarga dan membantu ayah bertani.

Saya merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Dari keenam saudara saya itu barulah saya yang bisa menkmati bangku kuliah saat ini. Sewaktu kecil, saya tidak merasakan indahnya bersekolah di Taman Kanak-Kanak (TK). Lokasi Sekolah TK ada di desa tetangga. Itu sangat jauh. Keluargaku belum punya kendaraan waktu itu. Jadilah saya tidak bisa menikmati masa Taman Kanak-Kanak. Saya langsung bersekolah di Selkolah Dasar (SD) meskipun waktu itu umur saya belum cukup untuk masuk SD. Namun saya ngotot ingin sekolah karena teman-teman yang lain sudah pada sekolah dan saya mungin merasakan jenuh karena tidak ada teman bermain sewaktu pagi. Awalnya niat orang tua saya menyekolahkan saya di SD dengan umur yang belum cukup adalah hanya untuk main-main saja. Artinya bahwa tahun depan saya akan masuk kelas satu lagi. Memang diniatkan untuk tidak naik kelas. Namun prestasi saya lumayan bagus jadilah guru saya menaikan saya ke kelas dua.

Selain bersekolah, orang tua saya juga menugaskan saya untuk mengembala sapi yang keluarga kami miliki. Kegiatan rutin saya adalah pagi sekolah, siang sampai sore di sawah untuk mngembalakan sapi dan malam untuk mengaji di TPA setalah itu barulah belajar dan mengerjakan PR. Meskipun kegiatan sehari saya cukup sibuk namun prestasi di sekolah tetap terjaga. Buktinya pada kelulusan SMP saya berhasil menjadi juara umum.

Memasuki masa SMA, saya aktif di kegiatan Rohis dan saya diamanahkan untuk menjadi ketua Rohis di SMA. Amanah yang cukup berat namun saya harus melaksanakan amanah itu dengan sebaik-baiknya. Banyak pelajaran yang saya bisa ambil dari kegiatan Rohis tersebut. Saya bisa menemukan teman seperjuangan yang ingin mendapat ridho Allah. Kekeluargaan yang sangat erat serta ilmu yang didapat sungguh merupakan hal yang sangat luar biasa. Menjelang kelulusan SMA, saya utarakan niat saya untuk kuliah kepada orang tua saya. Orang tua saya agak sedikit ragu karena kondisi ekonomi keluarga saya waktu itu sungguh sangat memprihatinkan. Ketika saya utarakan niat itu oraang tua saya hanya diam tanpa memberi suatu kepastian.

Saya yakin sebenarnya orang tua saya ingin sekali mengabulkan keinginan anaknya itu. Namun mereka harus berfikir dua kali karena masalah ekonomi itu. Saya hanya menunggu kepastian itu. Meskipun saya belum tentu diizinkan kuliah namun saya tetap mempersiapkan diri untuk mengahadapi ujian masuk perguruan tinggi. Saya membeli buku latihan soal dan saya selalu mencoba dan berlatih dengan soal yang ada. Bahkan saya juga mengikuti les persiapan masuk perguruan tinggi dengan biaya yang saya ambil dari tabungan saya. Pada akhirnya orang tua saya mengizinkan saya untuk melanjutkan kuliah. Saya sangat senang waktu itu,. Saya menjadi lebih semangat untuk belajar. Saya tahu orang tua saya harus berhutang kesana kemari untuk bisa mengabulkan permintaan anaknya. Saya berjanji tidak akan meyia-nyiakan kesempatan itu.

Tes masuk perguruan tinggi dimulai. Saya mengerjakan soal dengan telitih. Saya kerahkan seluruh tenaga dan fikiran untuk mengerjakan soal itu. Segala trik yang diajarkan pada waktu les saya gunakan semua. Saya harus bisa menyenangkan orang tua saya dengan membuktikan saya bisa kuliah di jurusan yang saya inginkan. Namun takdir berkata lain. Saya tidak lulus tes. Saya gagal. Betapa sedihnya saya. Saya gagal membuktikan kepada orang tua saya kalau saya bisa. Entah mana soal yang salah. Waktu itu saya benar-benar yakin saya akan lulus. Namun sekali lagi takdir berkata lain. saya utarakan kegagalan saya kepada orang tua saya. Namun hebatnya orang tua saya tidak marah kepada saya, malah mereka memberikan nasehat kepada saya bahwa masih ada jalan lain untuk menuju kesuksesan, tambah ibadah dan doa kepada Yang Maha Kuasa.

Setelah kegagalan terebut, saya berniat untuk mengikuti ujian masuk diploma di UGM saya ambil jurusan rekam medis dan alhamdulilah saya diterima. Saya mulai mengikuti kuliah dengan rajin. Prestasi yang sangat membanggakan adalah ketika saya berhasil mendapat IP sempurna di semester pertama. Namun saya berfikir kuliah itu bukan hanya kuliah-pulang kuliah-pulang. Saya harus mengasah soft skill dengan berorganisasi. Dan akhirnya saya bergabung menjadi anggota Kopma UGM dan Hima prodi. Selain kuliah dan berorganisasi saya juga bekerja paruh waktu di kafetaria kopma UGM. Meskipun saya sibuk saya tetap meprioritaskan kuliah. Dan itulah kisah saya. dan saya sungguh sangat menikmati proses hidup itu.

Sekali lagi saya berbeda by Jumali – FTP

Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarokatuh. Nama saya Jumali, nama yang pendek ciri khas orang desa ini pemberian kakek. Saya terlahir dari sebuah desa kecil di pinggiran Kota Bojonegoro pada tanggal 06 September 1989. Di karenakan surat kelahiran saya hilang sewaktu pembuatan akta kelahiran, orang tua memperkirakan kelahiran saya, dan hasilnya semua data saya termasuk di akta kelahiran, KTP, Ijasah dll tertulis Bojonegoro, 22 Agustus 1988. Tidak masalah. Dan sekarang kebanyakan orang mengenal saya dengan nama Ale IKhwan Jumali.

Saya di besarkan dari lingkungan masyarakat yang kurang kondusif. Rata – rata pemuda lulusan SD dan merantau ke kota untuk bekerja. Tapi saya berbeda. Ketika umur lima tahunan, rata – rata anak kecil bercerita tentang hebatnya super hero seperti superman, batman, power ranger, ultramen dll. Rata – rata mereka bercita – cita menjadi salah satu dari tokoh superhero tersebut. berbeda dengan saya. Masih kuat dalam ingatan, waktu itu saya menyampaikan kepada teman – teman bahwa saya bercita – cita menjadi sarjana. Sekali lagi saya berbeda! padahal waktu itu umur saya belum genap sepuluh tahun. Akan tetapi keadaan ekonomi dan lingkungan menjadikan saya mulai melupakan cita – cita tersebut, hingga akhirnya ketika menjelang Ujian Nasional kelulusan dari kelas 3 SMA saya memulai lagi melanjutkan cita – cita tersebut.

Saya hidup mandiri semenjak lulus SMP, selama satu tahun setelah kelulusan tersebut, saya menghabiskan waktu untuk berwirausaha. Kemudian Allah memberikan kesempatan untuk melanjutkan ke SMA. Saya mencukupi kebutuhan selama sekolah dengan menjadi Takmir Mushola di sekolah dan tidur di sekolah semenjak kelas dua sampai lulus. Kemudian Allah memberikan kesempatan untuk bisa menempuh pendidikan di Universitas Gadjah Mada FakultasTeknologi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian melalui jalur beasiswa penuh (PBUTM) selama delapan semester. Selama kuliah, saya cukup mandiri secara finansial. Kebutuhan hidup saya penuhi dengan bekerja part time, mencari beasiswa dan jualan pulsa. Semenjak 19 September 2011 saya menjadi takmir masjid warga. Alhamdulillah bisa bertahan sampai sekarang, dan bisa meringankan beban pembiayaan dari orang tua. Sekali lagi, Allah Maha Mampu untuk menskenariokan segala sesuatu.

Sekali lagi saya berbeda. Dengan karakter diri yang kuat, saya menjadi seorang pekerja keras yang tidak mudah putus asa. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan apa yang saya inginkan. Meskipun seringkali harus terbentur pada biaya, sarana dan prasarana. Sampai sekarang saya belum punya komputer ataupun laptop, tapi Alhamdulillah banyak yang tetap bisa saya lakukan. Dengan segala keterbatasan yang saya miliki, saya bisa melakukan yang tidak dilakukan oleh orang lain. Perjalanan amanah yang saya emban semakin hari semakin besar dan berat, semoga semuanya mengantarkan kepada syurga. Tidak semua orang berkesempatan atasnya!

Karakter kerja saya cepat, tepat waktu, tipe konseptor, memilik jiwa kaderisasi dan kepemimpinan yang tinggi, mampu mengayomi, dan mempunyai semangat dakwah. Dengan beberapa sifat tersebut, menjadikan apa yang saya lakukan selalu ber – orientasi pada dakwah. Saya orang yang jujur dan selalu berusaha untuk jujur dan percaya pada kemampuan diri serta pertolongan Allah. Terbukti sampai di semester ke tujuh selama kuliah saya belum pernah titip absen (TA) dan Alhamdulillah saya masih tetap bisa mengikuti semua Ujian Semester.
Semua integritas yang sudah saya bangun akan saya pertahankan, dan berusaha untuk istiqomah. Saya meyakini bahwa hal tersebut akan mendukung diri saya dalam meraih dan mewujudkan cita – cita serta impian saya. Menjadi inspirasi bagi orang lain.

Thank to R-ZIS UGM,tempat saya belajar banyak hal dan cerita. Tempat berbagi tawa dan canda. Sepenggal perjalanan dalam memenuhi kebutuhan hidup saya dapatkan disini. Semoga keberkahan seanntiasa Allah limpahkan kepada pengelola serta donator dan muzakki semunya. Aamiin.

Perjuangan Saya Untuk Hidup Mandiri by Sri Wahyuni – FMIPA

Yuni begitulah biasa saya dipanggil. Nama lengkap saya adalah Sri Wahyuni. Lahir 23 tahun yang lalu tepatnya 22 Januari 1990 di Gunungkidul. Bapak saya bekerja sebagai penambang batu kapur sejak saya kecil hingga saat ini. Ibu saya ibu rumah tangga yang kadang membantu Bapak dengan menjadi buruh tani. Mulai mengenyam pendidikan formal di TK ABA Kepil Mulo sejak usia 4 tahun, berlanjut di SD N Duwet hingga tahun 2012, dan SMP N 3 Wonosari hingga tahun 2015. Menjelang kelulusan SMP, saya berencana matang akan melanjutkan sekolah di sebuah SMK di Wonosari, jurusan akutansi. Bapak pun juga telah menyiapkan biaya dengan menjual kambing dan beberapa pohon jati di pekarangan rumah. Namun Alloh berencana lain. Karena prestasi saya yang cukup membanggakan semasa sekolah, ada guru SMP yang menawari sekolah di Jogja. Ada orang tua asuh yang bersedia menyekolahkan, insyaAlloh hingga lulus kuliah. Saya pun mau. Namun Bapak tidak menyetujui. Mungkin karena beliau belum siap ditinggal anak perempuan satu-satunya untuk hidup mandiri. Sikap hormat dan segan kepada bapak yang terbangun sejak kecil membuat saya tidak berani membantah. Padahal sebenarnya dalam hati saya sangat ingin menerima tawaran tersebut. akhirnya untuk meluluhkan hati bapak, saya minta tolong guru. Guru pun datang ke rumah dan membujuk bapak.

Singkat cerita akhirnya saya sekolah di Jogja, di SMA N 1 Yogyakarta. Saya tinggal bersama orang tua asuh di daerah Umbulharjo. Selama saya tinggal bersama mereka, saya seperti anaknya sendiri. Tidak dibebani sesuatu yang berat kecuali tugas-tugas rutin kecil seperti setiap pagi beres-beres dan menyapu rumah, menyiram tanaman, kadang mencuci mobil, dan menjemur pakaian. Sore hari saya menyetrika pakaian Bapak dan Ibu sembari menunggu cucian di mesin cuci. Siang hari waktu saya habiskan di sekolah. Malam hari saya belajar.

Tiga tahun lebih saya menjalani rutinitas tersebut, awal kuliah saya terfikir untuk hidup mandiri. Ada beberapa alasan namun alasan terbesar adalah saya ingin “bebas”. Semasa sekolah kelas 2 dan 3 saya tidak berani ikut aktif di organisasi sekolah. Bermula dari insiden saat kelas 1 saya dimarahi oleh ibu karena katanyaterlalu memforsir diri. Saat itu saya aktif di OSIS, ROHIS, dan KIR. Aktivitas organisasi sering membuat saya harus pulang petang bahkan malam. Hari Minggu pun juga harus sering ke sekolah. Walaupun demikian saya tetap bertanggungjawab dengan amanah rumah. Sehingga tugas tugas sore (menyetrika dan mencuci) saya kerjakan pada malam hari. Sebenarnya ibu kasihan, namun ekspresi kasih sayangnya adalah dengan memarahiku. Saat itu saya berfikir jika semasa kuliah aktivitas saya hanya sekitar kampus dan rumah, bagaimana saya bisa berkembang. Akhirnya dengan bermodal mendapat beasiswa dari Republika sebesar Rp 300.000,00 per bulan yang saya anggarkan untuk biaya kuliah dan diterima kerja part time di sebuah rental komputer (sekaligus saya bisa tinggal di rukonya), saya pamit untuk hidup mandiri. Sebenarnya ada alasan kuat lain yaitu saya tertekan dengan sikap ibu yang tegas dan hubungan kami yang tidak cair layaknya keluarga. Saya selalu dibayang-bayangi perasaan takut kepada ketegasan beliau.

Enam bulan saya bekerja di rental komputer yang terletak di Patangpuluhan. Ditemani sepeda yang saya beli dengan cairnya beasiswa perdana, setiap hari saya menghabiskan waktu 2,5 jam untuk menempuh perjalanan UGM-Patangpuluhan. Mulai bekerja melayani pelanggan rental sepulang kuliah samapi malam.

Bulan November 2009 saya diterima kerja sebagai operator di sebuah warnet yang terletak di jalan Gejayan. Saya memutuskan mengundurkan diri dari rental dan pindah ngekos di daerah Condongcatur. Disamping itu saya juga ditawari teman untuk kerja di toko buku di daerah Gejayan juga. Sehingga saat itu aktivitas saya adalah kuliah, kerja di warnet, kerja di toko buku, dan aktivitas ngaji. Berat memang. Berat di tenaga, waktu, dan pikiran. Tapi itulah perjuangan.

Tahun 2010 saya mendapat informasi dari teman tentang beasiswa RZIS. Saya pun mendaftar dan alhamdulillah diterima. Tidak lama kemudian saya juga ditawari untuk magang di RZIS oleh salah satu staff. Tawaran tersebut saya terima. Sejak itu pula saya memutuskan untuk keluar dari operator warnet dan toko buku.

Tahun 2011 saya pindah ke Janti. Tinggal di asrama mahasiswi semi pondok pesantren “Panatagama”. Mobilitas saya masih sama dengan sepeda. Bulan Juni 2011 saya diajak teman untuk mengajar TPA di daerah kricak kidul. Tidak lama kemudian saya mendapat tawaran dari salah seorang wali santri untuk mengajar di bimbingan belajar di daerah setempat. Karena saya cinta dengan dunia mengajar tawaran tersebut saya terima. Sehingga saat itu aktivitas saya adalah kuliah, belajar di asrama (pagi ba’da subuh dan ba’da maghrib sampai malam), magang di R-ZIS, mengajar TPA, mengajar les, dan ngaji. Berat memang. Itulah perjuangan.

Dan aktivitas tersebut berlanjut hingga sekarang kecuali aktivItas di asrama. Awal tahun 2012 saya pindah kos di dekat lokasi mengajar TPA dan les. Pemasukan yang saya terima dari magang dan mengajar les saya tabung untuk biaya kuliah, bayar kos, biaya makan, dan ingin meringankan beban orang tua dengan membantu biaya sekolah adik saya.Dan dengan adanya beasiswa R-ZIS alhamdulillah meringankan beban kehidupan saya.

Begitulah perjuangan saya untuk hidup mandiri. Semoga bermanfaat. Sekian terima kasih!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Perjuangan Kuliah di UGM by Muksin – Mipa

Nama saya Muksin, salah satu mahasiswa UGM yang baru saja wisuda tanggal 21 Mei 2013. Latar belakang saya dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Saya berasal dari sebuah desa di Kabupaten Cilacap, saya mempunyai 2 orang adik. Ibu saya hanya sebagai ibu rumah tangga, bapak saya bekerja sebagai buruh bangunan.

Sewaktu SD kelas 6, tidak disangka-sangka diakhir semester saya mendapatkan beasiswa sebesar 360.000 rupiah. Beasiswa itu saya gunakan untuk biaya melanjutkan sekolah ke SMP favorit sekecamatan, yang berjarak kurang lebih 10km dari rumah. Saya diterima disekolah tersebut, setiap berangkat ke SMP saya selalu naik sepeda. Untuk biaya sekolah selanjutnya alhamdulillah saya dapat beasiswa dari pemerintah, walau tidak bisa menutup semua biaya sekolah tapi bisa meringankan beban orang tua. Sewaktu kelas 2, bapak memutuskan untuk mencari pekerjaan di jakarta sebagai buruh bangunan, sebelumnya bapak bekerja sebagai pembuat gula merah dari pohan kelapa dan bekerja serabutan. Sejak itu saya belajar mandiri. Untuk membantu orang tua, saya memelihara kambing, setiap pulang sekolah saya mencari rumput untuk pakan kambing.

Setelah lulus SMP saya berniat melanjutkan ke SMK favorit di Kabupaten, tetapi karena ada persyaratan tinggi badan, saya urungkan niat mendaftar kesana. Karena tinggi badan saya tidak memenuhi persyaratan, walau cuma kurang 2 cm. Akhirnya saya putuskan untuk melanjutkan ke SMA N 1 Maos, yang notabene bukan sekolah favorit, tapi itu termasuk sekolah SMA Negeri yang paling dekat dengan tempat tinggal. Untuk berangkat ke SMA saya masih setia menggunakan sepeda, waktu tempuhnya kira-kira 30-45 menit. Untuk meringankan biaya sekolah saya masih memelihara kambing dan alhamdulillah saya dapat beasiswa lagi dari pemerintah, walau hanya 2 tahun saja. Sewaktu kelas 3 saya bingung mau melanjutkan atau tidak. Karena untuk kuliah memerlukan biaya yang sangat besar bagi keluarga saya, apa lagi adik saya juga pengen sekolah lagi ke sekolah favorit. Jadi saya harus mencari informasi untuk bisa kuliah gratis, saya konsul ke Guru BK, ternyata ada jalur masuk ke UGM melalui jalur PBUTM yang apabila diterima bebas biaya kuliah selama 8 semester. Pada awalnya masih ragu, karena tidak dapat ijin dari orang tua, tapi akhirnya mendapatkan ijin dengan catatan jika diterima harus hidup mandiri. Akhirnya saya mendaftar dan diterima di prodi Fisika.

Awal dijogja terasa hidup sangat berat, karena harus pontang panting untuk hidup madiri. Alhamdulillah masih dikasih uang sama orang tua dan harus pandai-pandai menggunakannya. Saya bekerja sebagai pengajar les privat sampai sekarang. Pada waktu di semester 3 saya mencari beasiswa, akhirnya dapat beasiswa dari Yayasan Sekti selama 1 tahun. Pada semester 4 saya bekerja untuk entry dan compare data penelitian, alhamdulillah mendapatkan bayaran yang lumayan besar. Pada akhir tahun 2010 saya diajak oleh Ibnu Jihad untuk mendaftar sebagai staff RZIS UGM, akhirnya saya diterima sebagai staff, dan disemester berikutnya saya mendaftar beasiswa juga ke RZIS UGM alhamdulillah diterima dan mendapatkan beasiswa RZIS UGM selama 1 tahun, dan sampai sekarang masih menjadi staff RZIS UGM.

Motivasi saya untuk kuliah di UGM adalah untuk menuntut ilmu dan mengembangkan potensi diri dengan lebih baik. Karena UGM adalah kampus kerakyatan yang bisa merangkul seluruh lapisan masyarakat untuk belajar di UGM.  Dunia kampus merupakan dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan, disinilah kita ditempa untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Karena hal itulah tekad saya untuk tidak akan menyia-nyiakan kuliah di UGM. Saya bersyukur mendapatkan kesempatan untuk menuntut ilmu di UGM, karena tidak semua orang memiliki kesempatan seperti saya.

Saya berharap dengan adanya RZIS UGM bisa membantu orang-orang yang kesulitan dalam hal biaya perkuliahan dll. Saya ucapkan terimakasih pada RZIS UGM yang sudah membantu saya selama ini sehingga bisa mendapatkan title sarjana. Semoga kedepannya RZIS UGM akan lebih maju dan bermanfaat untuk sesama.

Ayahku, Perjuanganmu Akan Berbuah by Fathoni Fawzi – Mipa

Saya terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, ayah saya seorang pedagang keliling, beliau menjual tahu dan tempe setiap pagi. Sedangkan ibu saya hanya ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan keluarga. Dalam hal pendidikan orang tua saya terutama ayah sangat mendukung anak-anaknya. Dari TK-sampai perguruan tinggi selalu beliau usahakan untuk membayar biaya pendidikan anak-anaknya. Ayah punya mimpi untuk membuat ketiga anaknya menjadi seorang sarjana, karena ayah saya menyakini bahwa jika menjadi sarjana hidup anak-anaknya akan jauh lebih baik dari orang tuanya. Alhamdulillah perjuangan ayah sudah mulai berhasil, karena sekarang kedua kakak saya sudah menjadi sarjana, dan sekarang tinggal saya yang diharapkan menjadi sarjana di Universitas Gadjah Mada.

Menempuh pendidikan di luar kota membuat beban ayah saya untuk mencari uang lebih berat, karena ayah saya tidak hanya harus membayar uang pendidikan saya tetapi juga harus membayar biaya sehari-hari saya mulai dari makan, kos, uang kendaraan, keperluan buku-buku kuliah, kebutuhan isidental, dan lain-lain. Untuk mencukupi itu semua ayah saya mencari pekerjaan tambahan yaitu dengan mengumpulkan sisa kayu atau di daerah saya disebut “awul-awul” dari tukang kerajinan mebel.

Umur ayah yang sudah 50 tahun lebih membuat saya merasa prihatin kepada ayah, sehingga saya bertekad untuk membalas semua perjuangan ayah dengan sungguh-sungguh berkuliah di Universitas Gadjah Mada. Selain itu saya juga berusaha meringankan beban biaya dengan cara mengajukan beasiswa yang ada di Universitas Gadjah Mada, jika saya mendapatkan beasiswa maka saya bisa mengurangi beban ayah saya. Ayah tidak perlu lagi membayar uang pendidikan, beliau hanya cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari saya.

Pada awal semester saya tidak mendapatkan beasiswa, baru pada semester 2 saya mendapat informasi bahwa Rumah Zakat Infaq dan Shodaqoh membuka program beasiswa. Langsung saja saya melengkapi persyaratan dan saya serahkan ke kantor RZIS. Pada saat itu saya merasa khawatir tidak akan diterima, hampir 1 bulan saya menunggu pengumuman dan akhirnya pas saya sedang kuliah saya dapat kabar bahwa pengumuman beasiswa RZIS sudah ada segera saya lihat di web, dan alhamdulillah saya diterima. Selama 2 semester saya menerima beasiswa dari rumah zakat dan saya benar-benar merasakan manfaatnya, terutama karena dapat meringakan beban orang tua saya. Uang yang saya dapatkan dari RZIS saya gunakan untuk membayar biaya kuliah dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kemudian setelah 2 semester saya tidak mengajukan perpanjangan karena saya nilai bahwa syarat saya kurang melengkapi karena pada saat itu ip dan ipk saya turun drastis.semenjak itu saya tidak pernah mengajukan beasiswa ke RZIS lagi, tapi sebagai gantinya saya menjadi staff di RZIS. Sudah 2 tahun saya menjadi staff di RZIS dan begitu banyak manfaat dan pelajaran yang bisa saya dapatkan. Dengan adanya beasiswa RZIS benar-benar bisa membantu mahasiswa yang kekurangan biaya dalam menempuh kuliah di Universitas Gadjah Mada. Semoga program beasiswa ini dapat berlanjut terus tanpa adanya vakum atau berhenti.

Perjuanganku Untuk Terus Belajar by Ahmad Solikin – FKT

Saya berjuang untuk bisa belajar di Universitas Gadjah Mada (UGM). Saya adalah salah satu mahasiswa UGM yang sedang berjuang untuk bisa terus belajar dan mengapai cita-cita menjadi sarjana lulusan UGM. Latar belakang saya berasal dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Saya anak tunggal dari ayah dan ibu. Sejak kecil, ayah tidak dapat bekerja karena sakit. Jadi hanya ibu saja yang berusaha memenuhi kebutuhan hidup dengan menjadi buruh tani di musim tanam. Sawah warisan dari nenek seluas 0,25 ha saja sehingga sangat kurang untuk mencukupi berbagai macam kebutuhan rumah tangga dan biaya pendidikan saya sekolah.

Setelah lulus Sekolah dasar, saya bertekad untuk melanjutkan sekolah SMP. Tidak tanggung-tanggung sekolah yang saya akan tuju adalah sekolah tervavorit di kabupaten. Dan terkenal biaya pendidikannya mahal. Sudah barang tentu ibu saya melarang saya untuk melanjutkan sekolah lagi. Karena tidak memiliki biaya yang cukup untuk membayar SPP, dll. Tapi saya memiliki tekad yang kuat untuk tetap melanjutkan sekolah karena saya yakin suatu saat pasti bisa. Tetap saja ibu melarang untuk tidak mendaftar sekolah. Saya bilang ke ibu saya kalau saya akan hanya sekolah sampai SMP saja. Akhirnya karena saya terus ngotot untuk sekolah, ibu membolehkan untuk sekolah lagi dangan biaya seadanya.

Setelah masuk SMP, alhamdulillah saya dapat beasiswa tapi tidak tahu tiba-tiba berhenti ditengah jalan. Jadinya biaya pendidikan juga terasa sulit bagi kami. Sampai saya mau lulus, siswa di suruh untuk mengambil surat keterangan hasil ujian nasional dengan biaya 50.000 rupiah. Sampai sekarang surat itu belum saya ambil karena dulu tidak ada uang. Karena hasil ujian juga sudah ada di ijazah SMP.

Selepas SMP, saya bertekad pula untuk melanjutkan SMA. Lagi-lagi ibu melarang saya, tapi saya buat keputusan dan disetujui ibu, bahwa saya tetap melanjutkan SMA, kalaupun ditengah jalan tidak bisa membayar, berhenti saja tidak masalah.  Yang penting masuk SMA dulu, akhirnya setelah masuk SMA saya dapat bantuan beasiswa walaupun besarnya lebih kecil dari SPP SMA. Tapi cukup membantu meringankan beban ibu. Dari SMP-SMA saya sudah menghabiskan kurang lebih 4 sapi untuk biaya pendidikan saya. Beasiswa saja tidak cukup karena besarannya sangat kecil.

Menjelang lulus SMA saya mencoba untuk mendaftar beasiswa etos untuk masuk ke ugm. Akhirnya saya tidak dapat beasiswa tersebut tapi saya diterima di ugm. Saya tetap berkeyakinan, kalau pasti ada jalan. Kalaupun tidak bisa membayar uang kuliah keputusan yang saya sepakati dengan ibu saya adalah berhenti di tengah jalan tidak masalah, yang penting berusaha dulu. Tapi alhamdulillah, saya dapat beasiswa baznas berupa biaya SPP-BOP sampai semester 8. tapi lagi-lagi saya harus pontang panting untuk mencari biaya uang saku untuk biaya kos dan hidup selama pendidikan di ugm.

Terpaksa saya berhutang dulu sama teman-teman saya untuk bisa makan. Dan numpang di kos-kosan teman untuk tidur. Sebelumnya saya tidur di masjid dan tinggal di masjid pula karena tidak ada biaya untuk kos. Tapi karena kesibukan aktivitas kampus, akhirnya saya keluar dan mencoba untuk kos sendiri. Sampai sekarang kos baru saya bayar sepertiga harga, dan si sanya bulan juni. Belum tahu juga mau dibayar pakai apa, tapi saya berkeyakinan bisa mengatasi semuanya. Hanya modal keyakinan saja, semuanya bisa jalan. Itulah saya. Sampai saya mengadu ke bu Ida ditmawa untuk mencari solusi permasalahan saya ini. Akhirnya disuruh mengajukan beasiswa ke RZIS UGM. Dan alhamdulillah saya dapat beasiswa ini.

Motivasi saya untuk belajar di UGM adalah untuk menuntut ilmu dan mengembangkan potensi diri dengan lebih baik dan maksimal. Pendidikan adalah salah satu instrumen untuk membangun kemajuan bangsa dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya, dan merupakan tempat untuk membentuk karakter anak didik agar memiliki karakter unggul & memiliki pola pikir yang benar. Bagaimanapun juga antara orang yang mengenyam bangku pendidikan tinggi dengan yang tidak, sudah barang tentu memiliki pola pikir yang jauh berbeda. Selain itu, kampus merupakan tempat yang bisa dikatakan sebgai kawah candradimuka untuk menggodok manusia-manusia unggul dan profesional di bidangnya masing-masing dengan belajar, karena didalamnya (kampus) merupakan lautan ilmu pengetahuan.

Berangkat dari itulah saya bertekad untuk belajar menuntut ilmu di UGM. Saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang tidak semua orang mendapatkannya ini dengan belajar sungguh-sungguh. Semoga bisa membangun bangsa indonesia dengan lebih baik. Harapan saya dengan adanya beasiswa RZIS UGM adalah dapat menunjang study saya dengan baik dan dapat meringankan beban biaya hidup, baik itu kos maupun yang lain. Demikian terima kasih. (ASN)

Ayah adalah Motivasi Terbesarku by Anggi Rosinta – Hukum

Saya adalah salah satu mahasiswa UGM yang sedang berjuang untuk bisa terus belajar dan mengapai cita-cita menjadi sarjana lulusan UGM. Latar belakang saya berasal dari keluarga yang bisa dibilang tidaklah berkecukupan. Awalnya keluarga kami tidak terlalu kesusahan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tahun 1999 ayah saya terkena serangan jantung dan dilarikan ke rumah sakit. Semenjak itu ayah saya tidak bisa bekerja berat karena kondisi kesehatannya tidak memungkinkan. Tahun 2000 ayah saya kembali masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama, bahkan kabar buruknya ayah saya juga menderita sakit ginjal dan ada gangguan pada paru-parunya. Ayah saya perokok berat. Saudara-saudaraku yang menggantikan ayah sebagai pencari nafkah. Hingga akhirnya ibu pun ikut mencari nafkah, karena untk memenuhi kebutuhan sehari-haripun sangat sulit, apalagi ayah tergantung obat-obatan. Kami yang ingin bersekolah, ingin merasakan nikmatnya pendidikkan pun harus mendapatkan ancaman dari ibu. Kalau ingin bersekolah harus belajar yang rajin agar mendapatkan beasiswa. Apalagi setelah itu ayah meninggal dunia dan tidak membuat keadaan membaik.

Alhamdulillah tuhan tidak membiarkan kehidupan kami begitu saja, kami mendapatkan beasiswa untuk bersekolah. Tidak cukup sulit bagi orangtuaku untuk menyekolahkan kami. Hingga akhirnya saya menyelesaikan sekolah menengah atas saya dengan menggunakan uang beasiswa. Tapi menjadi permasalahan baru ketika saya mencoba mengikuti program UGM (PBUTM) dan saya dinyatakan lolos. Orangtua dan saudara-saudara cukup gusar, karena memikirkan bagaimana nantinya saya tinggal dikota besar dan biaya hidup. Tapi seiring dengan waktu saya bisa membuktikan pada orang lain saya bisa menjalani dan menghadapi tantangan di kota besar. Walaupun biaya hidup saya disini dengan uang patungan saudara-saudara dan tak pernah sebesar anak-anak yang lainnya, walaupun saya harus berjalan kaki ke kampus bukan dengan menggunakan kendaraan mewah. Saya tetap bersyukur dengan segala sesuatunya yang telah diberikan tuhan demi perubahan nasib keluarga.

Motivasi saya untuk belajar di UGM adalah: motivasi terbesar saya untuk belajar di UGM karena ayah saya. Keinginannya untuk melihatku menjadi seorang pengacara. Lalu motivasi berikutnya karena ibu saya, aku lelah melihatnya sampai usia senjapun tetap bekerja untuk biaya hidup kami. Perubahan nasib keluarga diperlukan ,mungki8n ini salah satu jalannya. Ketiga ingin membuktikan ada masyarakat yang sering meremehkqan kehidupan kami, bahwa kami tidak seburuk apa yang ia lihat. Saya juga sangat ingin menyekolahkan adik-adik saya sampai setinggi-tingginya.

Harapan saya dengan adanya beasiswa RZIS UGM adalah bisa sedikit mengurangi beban orangtua. Menggunakan uang beasiswa untuk kepentingsan kuliah dengan sebaik-baiknya. Kegiatan perkuliahan menjadi lancar.