Rumah ZIS UGM kembali menggelar kegiatan edukatif bertajuk Kelas Pengelolaan Harta dengan tema Urgensi Pengelolaan Keuangan Personal. Kegiatan ini menghadirkan Direktur Operasional Rumah ZIS UGM yaitu Taufikur Rahman, S.E., M.B.A., Ak., CA. sebagai narasumber, yang memberikan pemahaman mendalam mengenai pentingnya literasi keuangan bagi mahasiswa sebagai bekal menuju kehidupan yang mandiri dan berkelanjutan.
Dalam pemaparannya, narasumber menekankan bahwa pengelolaan keuangan yang baik harus dimulai sejak dini, terutama bagi mahasiswa yang tengah mempersiapkan diri menuju dunia kerja. Beliau menjelaskan, berutang hanya boleh dilakukan jika seseorang memiliki penghasilan tetap agar tidak terjebak dalam jerat utang yang berisiko tinggi. “Di era digital saat ini, godaan begitu banyak muncul di genggaman kita, mulai dari layanan paylater hingga pinjaman daring. Pengajuan yang mudah sering kali membuat kita lengah, padahal bunga dan risikonya sangat besar,” jelasnya.
Lebih lanjut, beliau mengingatkan bahwa zakat memiliki fungsi sosial yang juga dapat membantu menutup utang yang menumpuk, sebagaimana pernah dilakukan oleh Rumah ZIS UGM melalui program penyaluran zakat. Dalam konteks mahasiswa, beliau menegaskan pentingnya memiliki rencana keuangan yang sehat dan terukur. “Kuliah di UGM adalah langkah baik untuk memperbaiki kehidupan dan ekonomi. Maka, yang terpenting sekarang adalah segera lulus, bekerja dengan mapan, dan mampu menghidupi diri sendiri secara berkelanjutan,” ujarnya.
Taufikur Rahman juga memberikan panduan sederhana dalam membagi penghasilan: sepertiga untuk kebutuhan rutin seperti kos, makan, dan paket data; sepertiga untuk dana darurat termasuk asuransi kesehatan; serta sepertiga sisanya untuk tabungan dan investasi. “Apabila investasi dan tabungan tersebut telah mencapai nisab, maka wajib dizakatkan sebesar 2,5%. Orang kaya justru memiliki tanggung jawab besar di hadapan Allah, maka lebih baik perhitungannya dilakukan di dunia melalui zakat sebelum kelak di akhirat,” pesannya.
Narasumber juga menyoroti pentingnya menjaga rasio pengeluaran terhadap penghasilan agar tidak mendekati angka 1. Jika pengeluaran setara atau bahkan melebihi penghasilan, maka seseorang harus berupaya menekan pengeluaran atau menambah pendapatan melalui cara yang halal dan produktif. Namun, beliau mengingatkan agar mahasiswa tidak terjebak pada praktik tidak jujur seperti sogok-menyogok untuk mencapai tujuan finansial. “Integritas, kejujuran, dan restu orang tua adalah kunci utama kesuksesan,” tegasnya.
Dalam konteks spiritual, pengelolaan keuangan juga berkaitan erat dengan tujuan ibadah seorang muslim. “Salah satu tujuan utama mengelola keuangan adalah untuk menunjang pelaksanaan rukun Islam seperti zakat dan haji. Bahkan untuk berpuasa pun, seseorang membutuhkan perencanaan agar bisa memenuhi kebutuhan sahur dan berbuka,” tambahnya.
Selain itu, beliau mengingatkan pentingnya disiplin waktu dan mitigasi risiko dalam kehidupan sehari-hari. “Integritas dimulai dari hal sederhana, seperti datang tepat waktu. Bila jadwal dimulai pukul 10.00, maka sebaiknya hadir sebelum pukul 09.30. Keterlambatan bukan hanya soal waktu, tetapi juga tentang tanggung jawab,” ujarnya menegaskan.
Di akhir sesi, Taufikur Rahman mengajak para mahasiswa untuk menyusun anggaran bulanan, mencatat setiap sumber penerimaan dan pengeluaran, serta memiliki visi dan misi hidup yang jelas. “Jika kondisi finansial sedang sulit, jangan terburu-buru mengambil utang. Lebih baik berpuasa untuk menekan pengeluaran dan melatih kedisiplinan diri. Mahasiswa harus tahu apa yang ingin dicapai di masa depan, dan lebih penting lagi, memahami alasan mengapa mereka ada,” tutupnya penuh makna.
Penulis: Deski Jayantoro