Pak Kharifin dan Ibu Wahyuni merupakan penyandang tuna netra yang menjadi salah satu penerima santunan dari RZIS UGM. Beliau tinggal dengan mengontrak rumah untuk beliau tinggali bersama anak dan istrinya. Dalam mencukupi kebutuhan keluarga beliau bekerja dengan berjualan keliling perabotan rumah tangga dengan menggunakan gerobak. Pekerjaan itu beliau jalani sejak awal pandemi Covid 19 ini. Sebelumnya beliau membuka layanan pijat saat tinggal di rumah kontrakan sebelumnya. Namun karena beliau harus berpindah kontrakan sehingga belum banyak orang mengetahui tempat baru yang beliau tinggali ditambah di masa pandemi orang enggan datang untuk berpijat maka beliau memilih berjualan keliling. Beliau bersama istri dan anaknya berjualan keliling dengan membawa gerobak yang jaraknya cukup jauh demi terjualnya dagangan mereka agar mereka tetap dapat menyambung hidup. Terkadang panas terik matahari maupun hujan juga harus mereka rasakan. Meskipun begitu mereka tidak memiliki pilihan lain untuk turut serta membawa anaknya bersama mereka berjualan karena tidak ada yang menjaga anak mereka selagi mereka bekerja. Hasil berjualan pun tidak menentu, terkadang dalam satu hari hanya terjual 2 sapu saja, terkadang juga 12 atau 30 sapu jika kala itu cukup ramai orang membeli. Terutama pada saat PPKM kala itu mereka mengatakan bahwa hal tersebut sangat mempengaruhi pendapatan mereka.
~ Tita Muktiana, Relawan
Bapak Budi Suroso dan Ibu Istina Supriatin – Senyuman hangat selalu ramah menyambut tiap kali saya datang ke tempat tinggal bapak budi dan ibu istina. Terkadang saya terlalu nyaman berbincang-bincang bersama mereka yang selalu perhatian dan menanggapi cerita-cerita saya dengan asyik. Bapak Budi dan Ibu Istina membuka panti pijat yang dikelolah oleh Ibu secara dominan. Sedangkan Pak Budi lebih suka untuk menyalurkan hobi musiknya melalui keyboard yang terpampang rapih di dalam rumah. Walaupun selama pandemi Pak Budi belum sekalipun mendapat panggilan untuk memainkan keyboard kesayangannya, beliau tetap yakin untuk meneruskan usaha tersebut.
Bapak Mas’ud – Penyaluran ini dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2021. Penyaluran ini ditunjukkan kepada Pak Mas`ud. Rumahnya beliau saat ini sudah pindah kira kira 300 meter dari alamat yang saya miliki. Saya menemui Pak Mas`ud ketika beliau sedang bekerja menjadi kuli bangunan yg tidak jauh dari rumah yg sebelumnya. Beliau sangat sabar dan pekerja keras dalam menjalankan pekerjaannya. hal yg dapat dipelajari adalah beliau tetap yakin bahwa semua yang digariskan oleh Allah ini sudah diatur dengan aturan yg terbaik. setelah meberikan sembako saya pamit untuk melanjutkan penyaluran sembako kepada dhuafa lainnya.
~ Muhammad Hasani, Relawan
Alhamdulillah kabar Bapak Sudarto dan Ibu Leginem dalam keadaan sehat. Beliau berdua merupakan orang asli Kulon Progo, dan di Gamping hanya sekedar ngontrak saja. Banyak sekali bercerita keresahan-keresahan ketika pandemi yang saat ini masih berlangsung. Beberapa keresahannya yaitu pijat yang tak kunjung seperti sedia kala, masih sangat sepi, kontrakan yang justru naik di masa pandemi, dan belum dapat bersua dengan kawan-kawan beliau. Dan beliau juga sangat berterimakasih kepada RZIS yang kehadirannya sangat membantu penghidupan beliau.
Alhamdulillah kabar Ibu Parjinem dalam keadaan sehat. Seperti biasa ibu ini ketika saya datang sedang melakukan aktivitasnya, yaitu mengurus ayam. Alhamdulillah penjualan ayam bisa menjadi pemasukan di kala momen ramadhan, dan dari ibu ini saya mendapat tips cara mengurus anak ayam agar tidak mati ditimpa induknya.
~Lonita Qurrota A’yun Siregar, Relawan
Pada hari Selasa, 28 Desember 2021, saya sendiri kembali mendatangi kediaman Mas Restu Wibowo & Mbak Puji Lestari di Hargomulyo, Gedangsari. Alhamdulillah kondisi mas Restu dan mbak Puji sekeluarga sehat dan baik saat ditemui. Mas Restu dan sekeluarga baru saja sehari sebelumnya kembali dari Kalimantan dalam rangka acara lahiran adik mas Restu. Kemudian mas Restu sekeluarga berterima kasih banyak dan mendoakan para mustahik Rumah Zakat Infaq Shodaqoh UGM.
Di hari yang sama pada siang hari, saya dan ayah saya mendatangi kediaman Pak Tohari di Patuk. Di kediaman beliau hanya ada Pak Tohari dan ibu beliau. Alhamdulillah kondisi Pak Tohari dan ibu beliau sehat semuanya. Pak Tohari menuturkan semangatnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari serta mendoakan para mustahik Rumah Zakat Infaq Shodaqoh UGM.
Di sore hari, saya bersama ayah saya mendatangi kediaman mas Jumianto di Karangasem, Paliyan, Gunungkidul. Di kediaman beliau saya bertemu dengan beliau mas Jumianto dan ibunda beliau. Alhamdulillah keadaan semuanya sehat saat ditemui. Mas Jumianto sedikit menceritakan kisah pernikahannya yang 2 kali cerai karena dimuslihati oleh 2 mantan istrinya dan keluarganya, dimana saat itu beliau diberitahu bahwa kedua mantan istrinya berumur sekitar 30 tahunan, namun rupanya sudah tua 50 tahunan. Meski pernah mengalami kisah yang pahit, mas Jumianto tidak ada rasa dendam dan bersyukur kisah itu dapat membuatnya lebih kuat sekarang ini. Mas Jumianto berterima kasih banyak dan mendoakan para muzakki rumah Zakat Infaq Shadaqah UGM agar selalu diparingi kesehatan dan rezeki yang lancar.
Setelah ditunjukkan kediaman Pak Maryono oleh mas Jumianto, saya dan ayah saya menemui Bpk Maryono di kediaman beliau. Di sana kami bertemu dengan keluarga Pak Maryono yang terdiri dari istri dan anak perempuan beliau dan semuanya dalam kondisi sehat. Pak Maryono adalah seorang tuna rungu yang tinggal tidak jauh dari kediaman Mas Jumianto. Istri Pak Jumianto mengucapkan banyak terima kasih, salam dan doa kepada para muzakki RZIS UGM.
Setelah berkunjung ke kediaman Pak Maryono, Mas Jumianto mengantarkan kami ke kediaman mas Aan Sabdani yang tidak jauh dari kediaman Pak Maryono. Di kediaman saya dan ayah saya bertemu Mas Aan Sabdani dan ibunya. Mas Aan Sabdani adalah seorang tuna grahita yang hanya tinggal bersama ibunya saja. Ibu mas Aan Sabdani menuturkan bahwa mas Aan Sabdani mulai mengalami keterbelakangan mental saat setelah kelas 3 SMP. Sebelumnya mas Aan Sabdani memiliki mental yang sehat layaknya orang-orang normal pada umumnya. Kini mas Aan Sabdani mengalami keterbelakangan mental, koordinasi yang buruk dan hanya bisa sedikit mengucapkan 1-2 kata saja. Ibu mas Aan Sabdani menuturkan rasa haru beliau dan berterima kasih banyak kepada RZIS UGM atas telah membantu keluarganya.
~Daffa Nur Fauzan, Relawan
Bulan Februari ini saya kembali menyalurkan bantuan ke rumah bapak budi di daerah gamping. Namun sayangnya kami tidak bisa banyak mengobrol karena pada saat saya ke rumah beliau, beliau sedang kedatangan tamu lain. Saya pun hanya sempat bertukar kabar dan mengobrol singkat dengan bapak budi dan ibu istina yang selalu menyambut saya dengan ramah di kediamannya.
Saat saya datang mengetuk pintu rumah Ibu Sri, terdengar suara murottal qur’an dari dalam rumahnya. Ternyata ibu sri sedang menekuni belajar membaca braille quran. Ibu Sri merupakan ibu tunggal yang hebat. Ia membiayai kehidupan anaknya dengan mandiri melalui panti pijat yang ia buka di rumah. Saat saya bertanya mengenai kondisi usahanya, beliau mengatakan bahwa pada minggu tersebut belum ada satu pun pasien yang datang.
~Maharani Ilya Faida, Relawan