Saya terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, ayah saya seorang pedagang keliling, beliau menjual tahu dan tempe setiap pagi. Sedangkan ibu saya hanya ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan keluarga. Dalam hal pendidikan orang tua saya terutama ayah sangat mendukung anak-anaknya. Dari TK-sampai perguruan tinggi selalu beliau usahakan untuk membayar biaya pendidikan anak-anaknya. Ayah punya mimpi untuk membuat ketiga anaknya menjadi seorang sarjana, karena ayah saya menyakini bahwa jika menjadi sarjana hidup anak-anaknya akan jauh lebih baik dari orang tuanya. Alhamdulillah perjuangan ayah sudah mulai berhasil, karena sekarang kedua kakak saya sudah menjadi sarjana, dan sekarang tinggal saya yang diharapkan menjadi sarjana di Universitas Gadjah Mada.
Menempuh pendidikan di luar kota membuat beban ayah saya untuk mencari uang lebih berat, karena ayah saya tidak hanya harus membayar uang pendidikan saya tetapi juga harus membayar biaya sehari-hari saya mulai dari makan, kos, uang kendaraan, keperluan buku-buku kuliah, kebutuhan isidental, dan lain-lain. Untuk mencukupi itu semua ayah saya mencari pekerjaan tambahan yaitu dengan mengumpulkan sisa kayu atau di daerah saya disebut “awul-awul” dari tukang kerajinan mebel.
Umur ayah yang sudah 50 tahun lebih membuat saya merasa prihatin kepada ayah, sehingga saya bertekad untuk membalas semua perjuangan ayah dengan sungguh-sungguh berkuliah di Universitas Gadjah Mada. Selain itu saya juga berusaha meringankan beban biaya dengan cara mengajukan beasiswa yang ada di Universitas Gadjah Mada, jika saya mendapatkan beasiswa maka saya bisa mengurangi beban ayah saya. Ayah tidak perlu lagi membayar uang pendidikan, beliau hanya cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari saya.
Pada awal semester saya tidak mendapatkan beasiswa, baru pada semester 2 saya mendapat informasi bahwa Rumah Zakat Infaq dan Shodaqoh membuka program beasiswa. Langsung saja saya melengkapi persyaratan dan saya serahkan ke kantor RZIS. Pada saat itu saya merasa khawatir tidak akan diterima, hampir 1 bulan saya menunggu pengumuman dan akhirnya pas saya sedang kuliah saya dapat kabar bahwa pengumuman beasiswa RZIS sudah ada segera saya lihat di web, dan alhamdulillah saya diterima. Selama 2 semester saya menerima beasiswa dari rumah zakat dan saya benar-benar merasakan manfaatnya, terutama karena dapat meringakan beban orang tua saya. Uang yang saya dapatkan dari RZIS saya gunakan untuk membayar biaya kuliah dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kemudian setelah 2 semester saya tidak mengajukan perpanjangan karena saya nilai bahwa syarat saya kurang melengkapi karena pada saat itu ip dan ipk saya turun drastis.semenjak itu saya tidak pernah mengajukan beasiswa ke RZIS lagi, tapi sebagai gantinya saya menjadi staff di RZIS. Sudah 2 tahun saya menjadi staff di RZIS dan begitu banyak manfaat dan pelajaran yang bisa saya dapatkan. Dengan adanya beasiswa RZIS benar-benar bisa membantu mahasiswa yang kekurangan biaya dalam menempuh kuliah di Universitas Gadjah Mada. Semoga program beasiswa ini dapat berlanjut terus tanpa adanya vakum atau berhenti.