Zuli Amanah, itulah nama saya, yang biasa dipanggil dengan nama depan” Zuli”. Lahir di Magelang tepatnya disebuah desa kecil yang berjarak 13 km dari puncak Merapi pada tanggal 28 Agustus 1991. Anak pertama dari empat bersaudara. Bapak saya seorang petani serabutan dan ibu saya seorang ibu rumah tangga yang juga membantu pekerjaan bapak disawah. Alhamdulillah meskipun tidak banyak, bapak dititipi kakek untuk menggarap sawah sendiri, dari situlah orang tua saya mencukupi kebutuhan sehari-hari, meskipun penghasilannya tidak bisa dipastikan, tapi sudah lebih banyak membantu.
Saya dibesarkan dalam lingkunag keluarga yang kurang peduli terhadap pendidikan umum, namun untuk pendidikan agama lebih diprioritaskan, maka dari itu ketika saya akan sekolah ke SD Negeri seperti anak-anak yang lain, saya tidak diperbolehkan terutama oleh Almarrhumah nenek saya, dan harus sekolah di MI ( Madrasah Ibtidaiyah). Selama enam tahun saya mengenyam pendidikan dasar dan benar-benar menjadi dasar untuk ilmu agama bagi saya saat itu setelah dari pendidikan di rumah dan di TK.
Cita-cita ketika di MI, saya berkeinginan untuk melanjutkan sekolah di SMPN favorit dikecamatan saya, saya berharap bapak saya mengijinkan, namun ketika setelah pengumuman kelulusan, bapak tidak mengijinkan saya untuk melanjutkn di SMP favorit dengan alasan terlalu jauh dan saat itu bapak memang sedang tidak ada biaya untuk sekedar mendaftar sekolah. Selesai sudah cita-cita saya untuk bisa sekolah disekolah favorit, tapi Alloh sudah menggariskan kehidupan hambanya dengan sebaik-baik garis kehidupan, akhirnya saya sekolah di MTs Muhammmadiyah didesa tempat saya tinggal. Alhamdulillah selama sekolah di MTs saya hanya membayar biaya sekolah ditahun pertama saja, karena saya mendapatkan beasiswa dari pemerintah untuk siswa yang berprestasi dan berasal dari keluarga kurang mampu.
Sejak saat itulah saya mulai bisa mengerti posisi saya sebagai anak pertama. Sepulang dari sekolah saya membantu pekerjaan bapak disawah sehingga tidak ada waktu untuk bermain dengan teman-teman seusia saya kecuali jika ada tugas berkelompok dari sekolah sehingga saya bisa berkumpul dengan teman-teman sekolah. Itulah rutinitas saya sehari-hari. Dan ketika tiba waktu kelulusan dari MTs, saya sudah dipesan oleh bapak kalau saya tidak usah melanjutkan sekolah lagi karena bapak sudah tidak bisa membiayai sekolah lagi dan gantian adik-adik saya yang melanjutkan sekolahnya. Saat itu saya begitu sedih dan cemburu kepada teman-teman saya yang bisa melanjutkan ke SMA favorit dikecamatan, karena sekolah itu adalah tujuan awal saya untuk melanjutkan. Karena orang tua sudah tidak mengijinkan untuk melanjutkan sekolah karena masalah biaya, maka saya mencari informasi dimana saya bisa sekolah tapi dengan baiya yang ringan.
Alhamdulillah kakak kelas saya di MTs memberikan informasi bahwa ditempat sekolahnya bisa sekolah tanpa harus membayar, saya langsung tertarik dan dengan berbekal semangat yang masih ada saya mohon ijin bapak untuk bisa melanjutkan sekolah meskipun berat bagi bapak karena saya harus sekolah yang jauh yaitu di MA Al Hikmah karangmojo, Gunung kidul, DIY. Disekolah ini saya tidak hanya mendapatkan pendidikan formal saya, namun juga mendapatkan pendidikan keagamaan yang banyak, karena selain sekolah dipagi hari, juga ada pendidikan pesantren di sore dan malam hari. Selama tiga tahun saya menempuh pendidikan Madrasah Aliyah dan pendidikan pesantren, hingga pada saat akhir kelas tiga, salah satu guru saya menawari saya untuk melanjutkan kuliah di UGM dengan mendaftar melalui jalur PBUTM, yaitu peneriamaan mahasiswa yang berasal dari sekeluarga kurang mampu. Saya mendaftar melalui jalur tersebut dan Alhamdulillah diterima dan selama 8 semester saya dibebaskan dari biaya pendidikan kuliah. Dan UGM lah pendidikan Negri pertama saya.
Selama kuliah di UGM saya ikut dirumah orang tua dari ustadz saya yang ada di Jogja ( Ngadinegaran) disana saya san gat banyak dibantu, saya bisa tidur dan makan di rumah tersebut dan diberikan uang saku dan sebagai gantinya saya membantu pekerjaan rumah, bersih-bersih rumah, dan setrika. Dari latar belakang di MA, saya diberikan amanah untuk dapat menbantu menjadi pengajar di sebuah TPA di tempat saya tinggal hingga saat ini meskipun saya sudah tidak tinggal ditempat yang dulu lagi. Alhamdulillah ya Allah. Pada 1 tahun pertama saya ke kampus dengan menggunakan Bus, kemudian di tahun seterusnya saya dipinjami sepeda oleh saudara usatadz saya. Selama kuliah Alhamdulillah tidak membebani orang tua, tapi orang tua membantu kuliah saya. Dan ketika sahun 2011 saya mendapatkan informasi dari teman saya untuk mendaftar beasiswa RZIS UGM, dan alhamdulillah diterima, hingga sekarang saya masih mendapatkan beasiswa dari RZIS UGM. Terimakasih RZIS UGM, yang telah banyak membantu perjalanan saya untuk meraih cita-cita.
Terima kasih ya Alloh telah memberikan semua nikmat ini, semoga semua ini menjadi barokah dan menjadikan bekal untuk lebih dekat dengan-MU . Aamiin.