Archive:

Language: Bahasa Indonesia

Perjuanganku Untuk Terus Belajar by Ahmad Solikin – FKT

Saya berjuang untuk bisa belajar di Universitas Gadjah Mada (UGM). Saya adalah salah satu mahasiswa UGM yang sedang berjuang untuk bisa terus belajar dan mengapai cita-cita menjadi sarjana lulusan UGM. Latar belakang saya berasal dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi. Saya anak tunggal dari ayah dan ibu. Sejak kecil, ayah tidak dapat bekerja karena sakit. Jadi hanya ibu saja yang berusaha memenuhi kebutuhan hidup dengan menjadi buruh tani di musim tanam. Sawah warisan dari nenek seluas 0,25 ha saja sehingga sangat kurang untuk mencukupi berbagai macam kebutuhan rumah tangga dan biaya pendidikan saya sekolah.

Setelah lulus Sekolah dasar, saya bertekad untuk melanjutkan sekolah SMP. Tidak tanggung-tanggung sekolah yang saya akan tuju adalah sekolah tervavorit di kabupaten. Dan terkenal biaya pendidikannya mahal. Sudah barang tentu ibu saya melarang saya untuk melanjutkan sekolah lagi. Karena tidak memiliki biaya yang cukup untuk membayar SPP, dll. Tapi saya memiliki tekad yang kuat untuk tetap melanjutkan sekolah karena saya yakin suatu saat pasti bisa. Tetap saja ibu melarang untuk tidak mendaftar sekolah. Saya bilang ke ibu saya kalau saya akan hanya sekolah sampai SMP saja. Akhirnya karena saya terus ngotot untuk sekolah, ibu membolehkan untuk sekolah lagi dangan biaya seadanya.

Setelah masuk SMP, alhamdulillah saya dapat beasiswa tapi tidak tahu tiba-tiba berhenti ditengah jalan. Jadinya biaya pendidikan juga terasa sulit bagi kami. Sampai saya mau lulus, siswa di suruh untuk mengambil surat keterangan hasil ujian nasional dengan biaya 50.000 rupiah. Sampai sekarang surat itu belum saya ambil karena dulu tidak ada uang. Karena hasil ujian juga sudah ada di ijazah SMP.

Selepas SMP, saya bertekad pula untuk melanjutkan SMA. Lagi-lagi ibu melarang saya, tapi saya buat keputusan dan disetujui ibu, bahwa saya tetap melanjutkan SMA, kalaupun ditengah jalan tidak bisa membayar, berhenti saja tidak masalah.  Yang penting masuk SMA dulu, akhirnya setelah masuk SMA saya dapat bantuan beasiswa walaupun besarnya lebih kecil dari SPP SMA. Tapi cukup membantu meringankan beban ibu. Dari SMP-SMA saya sudah menghabiskan kurang lebih 4 sapi untuk biaya pendidikan saya. Beasiswa saja tidak cukup karena besarannya sangat kecil.

Menjelang lulus SMA saya mencoba untuk mendaftar beasiswa etos untuk masuk ke ugm. Akhirnya saya tidak dapat beasiswa tersebut tapi saya diterima di ugm. Saya tetap berkeyakinan, kalau pasti ada jalan. Kalaupun tidak bisa membayar uang kuliah keputusan yang saya sepakati dengan ibu saya adalah berhenti di tengah jalan tidak masalah, yang penting berusaha dulu. Tapi alhamdulillah, saya dapat beasiswa baznas berupa biaya SPP-BOP sampai semester 8. tapi lagi-lagi saya harus pontang panting untuk mencari biaya uang saku untuk biaya kos dan hidup selama pendidikan di ugm.

Terpaksa saya berhutang dulu sama teman-teman saya untuk bisa makan. Dan numpang di kos-kosan teman untuk tidur. Sebelumnya saya tidur di masjid dan tinggal di masjid pula karena tidak ada biaya untuk kos. Tapi karena kesibukan aktivitas kampus, akhirnya saya keluar dan mencoba untuk kos sendiri. Sampai sekarang kos baru saya bayar sepertiga harga, dan si sanya bulan juni. Belum tahu juga mau dibayar pakai apa, tapi saya berkeyakinan bisa mengatasi semuanya. Hanya modal keyakinan saja, semuanya bisa jalan. Itulah saya. Sampai saya mengadu ke bu Ida ditmawa untuk mencari solusi permasalahan saya ini. Akhirnya disuruh mengajukan beasiswa ke RZIS UGM. Dan alhamdulillah saya dapat beasiswa ini.

Motivasi saya untuk belajar di UGM adalah untuk menuntut ilmu dan mengembangkan potensi diri dengan lebih baik dan maksimal. Pendidikan adalah salah satu instrumen untuk membangun kemajuan bangsa dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya, dan merupakan tempat untuk membentuk karakter anak didik agar memiliki karakter unggul & memiliki pola pikir yang benar. Bagaimanapun juga antara orang yang mengenyam bangku pendidikan tinggi dengan yang tidak, sudah barang tentu memiliki pola pikir yang jauh berbeda. Selain itu, kampus merupakan tempat yang bisa dikatakan sebgai kawah candradimuka untuk menggodok manusia-manusia unggul dan profesional di bidangnya masing-masing dengan belajar, karena didalamnya (kampus) merupakan lautan ilmu pengetahuan.

Berangkat dari itulah saya bertekad untuk belajar menuntut ilmu di UGM. Saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang tidak semua orang mendapatkannya ini dengan belajar sungguh-sungguh. Semoga bisa membangun bangsa indonesia dengan lebih baik. Harapan saya dengan adanya beasiswa RZIS UGM adalah dapat menunjang study saya dengan baik dan dapat meringankan beban biaya hidup, baik itu kos maupun yang lain. Demikian terima kasih. (ASN)

Ayah adalah Motivasi Terbesarku by Anggi Rosinta – Hukum

Saya adalah salah satu mahasiswa UGM yang sedang berjuang untuk bisa terus belajar dan mengapai cita-cita menjadi sarjana lulusan UGM. Latar belakang saya berasal dari keluarga yang bisa dibilang tidaklah berkecukupan. Awalnya keluarga kami tidak terlalu kesusahan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tahun 1999 ayah saya terkena serangan jantung dan dilarikan ke rumah sakit. Semenjak itu ayah saya tidak bisa bekerja berat karena kondisi kesehatannya tidak memungkinkan. Tahun 2000 ayah saya kembali masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama, bahkan kabar buruknya ayah saya juga menderita sakit ginjal dan ada gangguan pada paru-parunya. Ayah saya perokok berat. Saudara-saudaraku yang menggantikan ayah sebagai pencari nafkah. Hingga akhirnya ibu pun ikut mencari nafkah, karena untk memenuhi kebutuhan sehari-haripun sangat sulit, apalagi ayah tergantung obat-obatan. Kami yang ingin bersekolah, ingin merasakan nikmatnya pendidikkan pun harus mendapatkan ancaman dari ibu. Kalau ingin bersekolah harus belajar yang rajin agar mendapatkan beasiswa. Apalagi setelah itu ayah meninggal dunia dan tidak membuat keadaan membaik.

Alhamdulillah tuhan tidak membiarkan kehidupan kami begitu saja, kami mendapatkan beasiswa untuk bersekolah. Tidak cukup sulit bagi orangtuaku untuk menyekolahkan kami. Hingga akhirnya saya menyelesaikan sekolah menengah atas saya dengan menggunakan uang beasiswa. Tapi menjadi permasalahan baru ketika saya mencoba mengikuti program UGM (PBUTM) dan saya dinyatakan lolos. Orangtua dan saudara-saudara cukup gusar, karena memikirkan bagaimana nantinya saya tinggal dikota besar dan biaya hidup. Tapi seiring dengan waktu saya bisa membuktikan pada orang lain saya bisa menjalani dan menghadapi tantangan di kota besar. Walaupun biaya hidup saya disini dengan uang patungan saudara-saudara dan tak pernah sebesar anak-anak yang lainnya, walaupun saya harus berjalan kaki ke kampus bukan dengan menggunakan kendaraan mewah. Saya tetap bersyukur dengan segala sesuatunya yang telah diberikan tuhan demi perubahan nasib keluarga.

Motivasi saya untuk belajar di UGM adalah: motivasi terbesar saya untuk belajar di UGM karena ayah saya. Keinginannya untuk melihatku menjadi seorang pengacara. Lalu motivasi berikutnya karena ibu saya, aku lelah melihatnya sampai usia senjapun tetap bekerja untuk biaya hidup kami. Perubahan nasib keluarga diperlukan ,mungki8n ini salah satu jalannya. Ketiga ingin membuktikan ada masyarakat yang sering meremehkqan kehidupan kami, bahwa kami tidak seburuk apa yang ia lihat. Saya juga sangat ingin menyekolahkan adik-adik saya sampai setinggi-tingginya.

Harapan saya dengan adanya beasiswa RZIS UGM adalah bisa sedikit mengurangi beban orangtua. Menggunakan uang beasiswa untuk kepentingsan kuliah dengan sebaik-baiknya. Kegiatan perkuliahan menjadi lancar.

Takdir Allah Itu Begitu Indah jika Kita Mau Bersabar by Detta Khoerunnisya – Psikologi

Jakarta, 9 Juli 1990 saat itulah saya dilahirkan. Saya lahir dari pasangan bapak Supriyadi dan Ibu Juariyah.. Saya merupakan anak pertama dari empat bersaudara..Adik saya satu laki-laki dan dua perempuan. Sejak lahir hingga berumur 15 tahun saya tinggal di Jakarta, tepatnya daerah Jakarta Barat. Saat itu kehidupan kelurga kami tergolong berkecukupan. Bapak bekerja sebagi karyawan bagian marketing swasta disebuah perusahaan Gypsum. Penghasilan Bapak yang lumayan besar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga kami. Bahkan tidak jarang sisanya msih bisa ditabung ibu. Selain itu kami juga mendapat fasilitas dari perusahaan berupa rumah tinggal dan kendaraan untuk bapak bekerja. Hampir setiap bulan Bapak mengajak kami sekelurga pergi rekreasi sekedar melepas kejenuhan dari rutinitas kami. Kelurga kami tergolong kelurga yang harmonis. Bapak selalu memprioritaskan pendidikn anak-anaknya. Mulai dari kegiatan sekolah kami hingga perihal ibadah. Setiap malam Bapak dan Ibu selalu menanyakan kepada anak-naknya tentang bagaimna kegitan di sekolah masing-masing. Ya itulah sekilas gambaran tentang kelurga saya.

SD-SMP saya bersekolah di sekolah yang bisa dikatakan sekolah favourit dengan kualitas pendidikan yang baik. Meskipun biaya SPP perbulannya tergolong mahal tapi Bapak dan Ibu berprioritas bahwa pendidikan harus diutamakan. Ketika saya kelas 3 SMP masa-masa sulit mulai mnimpa keluarga kami,, Perusahaan tempat bapak bekerja mengalami masalah keuangan. Bapak akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dan memilih pindah ke Semarang. Saat itu ibu tidak bisa mengambil keputusan apa-apa karena Ibu berprinsip “harus ikut suami”. Sebenarnya saat itu kami sebagai anak sangat keberatan. Ada ketakutan jika kami tidak bisa menyesuiakan diri dengan lingkungan baru apalgi kami terbiasa dengan kehidupan kota yang ramai sedangkan tempat kami pindah sangatlah jauh dari keadaan kami sebelumnya.

Akhirnya pada tahun 2005, kami pun pindah ke Semarang. Dengan dana yang terbatas kami tidak bisa membeli rumah disana. Akhirnya untuk sementara waktu Bapak memutuskan untuk menumpang di rumah Budhe. Awalnya memang kami berniat hanya menumpang beberapa bulan saja, tapi kondisi Bapak yang tidak kunjung mendapat pekerjaan baru membuat uang tabungan kelurga kami semakin menipis. Alhamdulillah saya dan adik-adik mendapat besiswa prestasi di sekolah kami masing-masing, jadi paling tidak uang tabungan itu bisa digunakan untuk keperluan lain. Tapi ternyata uang tabungan itu tidak bisa bertahan lama. Hampir 1 tahun Bapak menganggur. Sudah cari pekerjaaan sana sini tapi belum juga dapat. Sedangkan kebutuhan sekolah kami untuk membeli buku pun semakin mendesak. Melihat keadaan kelurga yang semakin menurun, akhirnya Ibu memutuskan untuk mencoba bekerja. Awalnya ibu bekerja sebagi buruh sapu di perusahaan pembuatan mebel rotan. Ibu bekerja disana selam 6 bulan. Setelah pabrik tersebut pindah, ibu pun diberhentikan.

Melihat Ibu rela bekerja “kasar”, akhirnya bapak pun menurunkan “taraf pekerjaan” yang sebelumnya diharapkan. Bapak memilih bekerja apa saja yang penting penghasilannya halal. Mulai dari pemotong rumput di perumahan, supir pribadi, sampai supir truk pun dijalani. Tapi namanya saja bekerja serabutan jadi penghasilannya pun tidak mesti. Akhirnya Ibu pun mencoba melamar di Pabrik minuman Sari kelapa, dan alhamdulillah diterima. Sampai saat ini sudah hamper 2 tahun Ibu bekerja disana.

Tahun 2008 saya lulus sekolah, dan saya sangat ingin melanjutkan kuliah. Bapak dan ibu tidak melarang saya untuk kuliah tetapi dengan konsewkuensi saya harus mencari kuliah dengan beasiswa. Alhamdulilla saya pun diterima di fakultas psikologi UGM melalui jalur PBUTM. Meskipun biaya pendidikan sudah ditanggung pihak UGM, tetapi untuk biya sehari-hari saya masih merasa keberatan. Apalagi ketika saya mulai kuliah tiba-tiba ibu dirumahkan sementara dari pabriknya. Alasannya karena produksi sepi. Dan saat itu bapak pun tidak ada orderan untuk kirim barang dengan truk sewaannya. Mau tidak mau saya mencari alternative.

Saya tinggal di asrama orang-orang jawa barat, daerah mandala krida. Dengan tinggal disana saya tidakmengeluarkan biaya untuk kos, hanya memabyar listrik dan air tiap bulannya. Dan besarnya pun tergolong ringan, waktu itu hanya Rp.20.000. Untuk biaya transportasi kuliaha saya dapat dari penghasilan mengajar di TPA Masjid Pangeran Diponegoro karena kebetulan saat itu saya aktif dalam organisasi remaja masjid disana. Dan alhamdulillah ada ibu-ibu pengajian yang menawarkan saya untuk Bantu-bantu ngajar. Untuk uang makan terkadang saya dikirimi saudara saya. Kadang ada yang mengirimi 300.000 untuk 2 bulan kadang 100 ribu. Saya tidak mempermasalahkan berapa besarnya, saya sudah sangat berterima kasih mereka mau membantu.

Biaya makan dan transportasi sudah terpenuhi, namun tugas-tugas yang banyak dan biaya buku menuntut saya untuk mencari tambahan lagi. Akhirnya saya memutuskan untuk kuliah sambil berjualan kue-kue dan jilbab. Semester 2 saya mulai geluti usaha itu, saya sempat dapat modal daro seorang dokter yang notabennya kakek dari sahabat saya sendiri. Waktu itu Pak dokter merasa kasihan dan sedikit bangga dengan perjuangan saya, akhirnya beliau memberikan saya uang sebesar 500 ribu untuk modal berjualan… ketika saya merasa lelah dengan aktifitas diluar kuliah yang terlalu menyita waktu dan tenaga saya merasa kecewa dan sedikit putus asa. 2 bulan sebelum UAS semester kedua saya jatuh sakit. Orang tua saya bingung. Mereka tidak punya dana untuk sekedar menengok saya di jogja. Saat itu saya kehabisan uang, dan pertama kalinya selama kuliah saya merengek meminta kiriman uang dari orangtua saya. Entah kenapa ada perasaan ingin memberontak “kenapa selama ini saya tidak mendapatkan kiriman?”, “apakah bapak ibu tidak kasihan dengan keadaan saya disni yang pontang panting cari biaya untuk bertahan hidup demi kuliah”. Saat itu saya sempat iri dengan teman-teman saya yang selalu ducukupi oleh orangtuanya.

Hari berganti hari, orangtua saya pun mengirimkan uang untuk 2bulan terahrir sebelum semester genap berakhir. Memang tidak seberapa, tapi itu sudah cukup berarti bagi saya. Setelah melalui beberapa proses intropeksi yang lama saya pun memaklumi keadaan mereka. Tahun 2009, adik laki-laki saya lulus SMA. Ia pun diterima di fakultas Teknik UGM. Saat-saat itu membuat saya kebingungan. Jika harus menanggung 2anak yang kuliah orangtua saya sangat keberatan. Akhirnya saya mengalah, padahal KRS sudah saya isi. Semester 2-5 saya vakum dari kegitan kuliah, dan memilih untuk bekerja.

Saya sempat mendapatkan besiswa untuk kursus design computer di salah satu lembaga kursus. Saya pun pernah bekerja di perusahaan software komputert sebagi operator. Selain itu saya juga mengajar di BIMBEL dan privat dari rumah ke rumah.

Tiga semester berlalu saya pun beranikan diri mengambil langkah untuk kembali ke UGM dan menanyakan status kemahasiwaan saya. Setelah melalui proses yang panjang akhirnya pihak rektorat dan fakultas memberikan saya kesempatan untuk melanjutkan kuliah saya lagi. Alhamdulillah puji syukur bagi Allah S.W.T karena tanpa kehendakNya saya tidak mungkin bisa kembali lagi masuk dalam lingkungan civitas akademik UGM.

Selain kuliah saya pun tidak berhenti untuk selalu mengikuti kegitan Tarbiyah, meskipun sebagian aktifitas tarbiyah saya bukan di kampus tapi insyaallah tarbiyah dan dakwah tidak akan saya tinggalkan. Karena itu saya anggap sebagai tolak ukur ketika saya “down”. Ya,, begitulah sekilas cerita dari saudarimu ini. Subhanallah ternyata dari sesuatu yang terlihat rumit tersimpan banyak hikmah didalamnya. Sungguh takdir Allah itu benar-benar indah ketika kita mau bersabar Semoga kita termasuk orang-orang yang qonaah dan istiqomah terhadap takdirnya. Allahu Akbar.

Mimpi dan Harapanku by Fauzul Muna – Sospol

Saya berjuang untuk bisa belajar di Universitas Gadjah Mada (UGM). Saya adalah salah satu mahasiswa UGM yang sedang berjuang untuk bisa terus belajar dan mengapai cita-cita menjadi sarjana lulusan UGM. Latar belakang saya berasal dari keluarga sangat sederhana sebuah kota kecil yang terkenal dengan rokok kreteknya, yaitu Kudus. Bapak saya bekerja sebagai buruh di Pabrik rokok dengan upah di bawah UMR. Jika dikurangi potongan koperasi, dalam satu bulan Bapak hanya bisa membawa pulang gaji tidak lebih dari 500 ribu.  Ibu saya bekerja sebagai Guru honorer di Madrasah Ibtidaiyah (MI). Ibu sangat idealis,pada zaman Orde Baru beliau tidak berkehendak untuk diangkat menjadi PNS. Bagi beliau, menjadi PNS sama saja dengan menjadi antek-antek pemerintah, dan salah satu cara melawan adalah dengan tetap menjadi guru honorer. Pilihan Ibu membawa konsekuensi kecilnya gaji yang diterima. Saya sampai tidak sanggup menyebutkan nominalnya karena saking kecilnya. Dengan kondisi seperti ini, melanjutkan kuliah di UGM (yang terkenal mahal) merupakan hal yang tidak logis. Namun tidak ada hal yang tidak mungkin, toh buktinya sekarang saya tercatat sebagai mahasiswa jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UGM.

Dari awal kuliah, saya memang tidak di support secara financial oleh keluarga, namun dukungan dan doa selalu tercurah untuk kelancaran studi saya. Mungkin ini yang membuat saya masih bisa bertahan sampai sekarang. Berbagai cara saya lakukan untuk tetap kuliah, mulai dari kerja part time di berbagai tempat, menjadi fasilitator outbond, ikut hibah penelitian, mengikuti berbagai lomba, sampai mengirimkan tulisan ke berbagai media.

Kuliah di UGM merupakan mimpi saya sejak kecil. Bagi saya UGM merupakan kampus terbaik dan orang-orang yang masuk pun orang-orang terbaik. UGM telah mencetak lulusan-lulusan hebat. Hebat dalam bayangan saya bukan hebat dalam artian mainstream seperti sekarang, kehebatan yang hanya diukur dengan barometer materiil. Bagi saya, individu hebat yakni individu yang tidak hanya memikirkan diri sendiri, namun bergunan bagi orang-orang di sekitarnya. Saya inging menjadi bagian dari individu hebat ini.

Harapan saya dengan adanya beasiswa RZIS UGM adalah dapat membantu saya meringankan beban finansial. Saya tidak perlu bekerja dan bisa lebih fokus belajar.

Man Jadda Wajada by Indra Rukma Hison Safi’i – FH

Assalamualaikum. wr. wb. Izinkanlah saya menceritakan sedikit kisah perjalanan hidup saya. Saya berjuang untuk bisa belajar di Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan sungguh-sungguh sejak masih duduk di bangku SMA N 1 Bantul dengan usaha dan doa serta dukungan dari orangtua dan orang-orang terdekat saya. Bagi saya seorang anak desa, merupakan satu kebanggaan bisa meneruskan studi di UGM. Bukan hanya kebanggaan bagi saya, namun bagi orangtua dan orang-orang di sekitar saya. Akan tetapi kebanggaan itu tak ada artinya jika saya tidak dapat menyelesaikan studi & menjalankan kewajiban saya dengan baik. Terlebih saya membawa nama UGM di masyarakat, yang tentunya segala prestasi dan tingkah laku saya akan dinilai oleh masyarakat. Alhamdulillah usaha itu tidak sia-sia. Saya berhasil diterima sebagai salah satu mahasiswa di antara ribuan orang yang berkeinginan meneruskan studinya di UGM. Hal tersebut tidak mungkin terjadi tanpa ridha Allah dan restu orangtua, serta dukungan dari orang-orang di sekitar saya.

Saya adalah salah satu mahasiswa UGM yang sedang berjuang untuk bisa terus belajar dan mengapai cita-cita menjadi sarjana lulusan UGM. Latar belakang saya berasal dari keluarga yang sederhana, anak orang kebanyakan. Ayah saya seorang PNS dan ibu saya seorang ibu rumah tangga. Saya dua bersaudara bersama adik perempuan saya yang saat ini masih sekolah di bangku SMA SBI (Sekolah Berbasis Internasional) kelas 1 di SMA 1 Bantul, sedangkan saya sendiri kuliah di Fakultas Hukum UGM saat ini sedang menempuh semester 6.

Pada saat saya masih duduk di kelas 2 SMA, keluarga kami sedang mendapat ujian dari Allah. Ibu saya mengalami sakit yang serius, yakni tumor otak. Memang sebelumnya penyakit itu tidak terdeteksi sejak dini, namun baru terdeteksi setelah tumor itu sudah memasuki pada stadium 3 (tiga). Berbagai upaya sudah kami lakukan untuk kesembuhan ibu kami, mulai dari cara medis maupun pengobatan alternatif yang tentunya menghabiskan biaya yang tidak sedikit sampai hutang di sana sini.

Sekitar setahun menderita sakit dan sudah menjalani berbagi pengobatan, akhirnya Allah punya rencana lain, pada tahun 2007, tepatnya bakda subuh tanggal 13 Maret 2007, bertepatan juga saya sedang menempuh ujian semester ibu saya meninggal. Setelah kepergian ibu, awalnya kami merasa sangat kehilangan, betapa ibu meninggal di usia yang masih muda, yakni 39 tahun. Tetapi kami ikhlas karena mengingat sakit yang diderita ibu cukup berat dan kami juga tak tega melihat ibu menahan sakit setiap hari. Setelah itu kehidupan keluarga kami (saya, adik, dan ayah) bertiga berjalan dengan baik.

Namun, 3 (tiga) tahun kemudian ayah kami menikah lagi. Saya masih menjalani studi kuliah di Fakultas Hukum UGM, sedangkan adik saya masih duduk di bangku SMA kelas 1. Gaji ayah saya sekitar Rp 2.700.000,00 per bulan dan tinggal menerima sekitar Rp 1.400.000,00 karena masih mencicil hutang bank yang digunakan untuk biaya pengobatan ibu di waktu sakit dahulu. Biaya SPP adik saya per bulan Rp 250.000,00, sedangkan biaya kuliah saya minimal Rp 2.000.000,00 per semester. Itu baru biaya sekolah, belum untuk kebutuhan yang lainnya.

Untuk operasional setiap hari saya nglaju dari rumah saya di Srandakan sampai kampus sekitar 45 menit, pulang pergi sekitar 60 km. Untuk transport setiap hari kurang lebih Rp 10.000,00 untuk membeli bensin dan untuk makan 2 kali sekitar Rp 10.000,00, jadi pengeluaran saya rata-rata per hari Rp 20.000,00 atau Rp 600.000,00 per bulan, belum lagi kebutuhan lainnya seperti untuk fotocopy, print, membuat tugas, pulsa, dan lain-lain.
Dengan penghasilan sebesar itu, untuk membiayai saya dan adik saya sekolah serta untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dirasa sangat berat, belum lagi ayah saya juga berkewajiban memberi nafkah kepada ibu tiri kami dan anaknya yang masih balita. Ayah kami juga jarang pulang dan tinggal di rumah ibu tiri kami serta jarang memberi uang kepada kami untuk makan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari kami di rumah jadi kami menggunakan sedikit tabungan kami yang masih tersisa dan sedikit bantuan dari sanak saudara untuk makan dan memenuhi kebutuhan untuk melangsungkan kehidupan sehari-hari dan tidak tahu dapat bertahan sampai kapan seperti ini, berharap keadaan akan membaik.

Saya tinggal di rumah hanya berdua dengan adik saya. Tidak hanya memikirkan biaya sekolah, namun saya juga pusing memikirkan biaya kebutuhan sehari-hari di rumah. Di satu sisi kami merasa tidak terpenuhi hak kami, namun di sisi lain kami juga memahami keadaan ayah kami dengan segala keterbatasannya. Maka, sebagai anak yang berbakti kami juga turut membantu sebisa kami untuk meringankan beban ayah kami dan tidak menuntut ini itu, mengingat ayah sudah tua dan sebentar lagi memasuki masa pensiun.

Setahun terakhir saya tidak lagi diberi uang saku untuk operasional kuliah, bahkan biaya kuliah dan sekolah adik saya pun sempat tertunda-tunda pembayarannya, untungnya adik saya juga mendapat beasiswa dari sekolahnya jadi sedikit bisa meringankan beban orangtua kami. Karena saya tidak lagi diberi uang saku, maka saya dengan berbagai usaha memenuhi kebutuhan untuk operasional saya sehari-hari dengan berjualan pulsa, itupun belum cukup dan oleh karena itu saya bekerja sambilan di sela waktu luang saya, seperti menjadi sopir di toko kayu dan penjaga toko pakaian, atau pekerjaan lain yang bisa saya kerjakan. Dengan beban mencari uang untuk operasional harian tersebut, mau tidak mau sedikit banyak sangat mengganggu kuliah saya, karena banyak menyita pikiran, tenaga, dan waktu.

Saat ini biaya kuliah yang belum terbayar adalah biaya Kuliah Kerja Nyata (KKN) Rp 1.050.000,00 dan biaya kuliah semester 6 (enam) Rp 2.160.000,00. Dari jauh-jauh hari sampai saat ini saya sudah meminta kepada orang tua namun orang tua belum ada rezeki, dan saya juga sedikit-sedikit menabung. Dengan keadaan saya seperti ini namun Alhamdulillah sampai saat ini saya masih bisa mempertahankan dan meningkatkan Indeks Prestasi saya sehingga hasilnya juga tidak mengecewakan. Jika pada saatnya nanti memang saya belum bisa membayar biaya kuliah mungkin saya akan melakukan cuti 1 (satu) semester atau 2 (dua) semester untuk bekerja terlebih dahulu baru melanjutkan kuliah lagi, meskipun hal tersebut akan menghambat waktu kelulusan studi saya yang akan menjadi mundur. Maka dari itu sebagai salah satu usaha saya adalah dengan mencari beasiswa dan berharap untuk bisa mendapatkan beasiswa yang akan sangat membantu kelancaran studi saya.

Sebenarnya orang tua saya menghendaki saya masuk jurusan IPA pada saat SMA, namun kemampuan saya memang di jurusan IPS, sehingga saya harus membuktikan kepada orangtua saya bahwa pilihan saya tidak salah. Setelah lulus dari SMA saya diterima di 3 (tiga) PTN (Perguruan Tinggi Negeri), yaitu di jurusan Ilmu Hukum UGM, jurusan Ilmu Hukum UNS, dan jurusan Ilmu Manajemen UNY. Namun setelah berfikir, meminta petunjuk Allah, serta meminta pertimbangan dari orang-orang terdekat akhirnya saya menjatuhkan pilihan untuk meneruskan studi di jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum UGM.

Sebenarnya cita-cita saya adalah menjadi seorang pengusaha/ wiraswastawan. Karena ada satu buku yang pernah saya baca menerangkan bahwa “jika kamu jadi buruh maka berusahalah menjadi pegawai”, ”jika kamu menjadi pegawai maka berusahalah menjadi pedagang”, dan Rasulullah SAW pun adalah seorang pedagang. Motivasi saya belajar di UGM adalah untuk menjadi seorang Sarjana Hukum yang jujur, cerdas, dan profesional, sehingga dapat memperbaiki keadaan hukum yang seperti saat ini, baik nantinya saya akan menjadi praktisi, akademisi, maupun berprofesi lain, saya kira itu bukan merupakan masalah karena kita dapat berpartisipasi dalam berbagai bidang sesuai keahlian kita masing-masing.

Harapan saya dengan adanya beasiswa RZIS UGM adalah dapat sedikit meringankan beban orangtua saya dalam membiayai studi saya, sehingga dapat menunjang keberhasilan studi saya sesuai target waktu yang diharapkan dengan nilai kelulusan yang tidak mengecewakan, mengingat persaingan di dunia kerja semakin ketat. Selain itu juga dapat menambah saudara dan wawasan dengan pengurus maupun sesama penerima beasiswa RZIS UGM. Saya juga menyadari bahwa dana beasiswa RZIS ini berasal dari zakat, infak, maupun sadaqah yang tentunya harus dipergunakan untuk hal-hal yang semestinya, maka insya Allah saya akan amanah dalam mempergunakan beasiswa ini.

Demikian sedikit gambaran mengenai kehidupan saya saat ini, dan uraian di atas bukan berarti saya mengeluh dalam menjalani hidup ini melainkan kami masih bersyukur terhadap apa yang Allah berikan kepada kami sampai saat ini. Ada satu pepatah Arab yang selalu menjadi penyemangat bagi diri saya, “Man Jadda Wajada”, Siapa yang menginginkan sesuatu maka dia harus bersungguh-sunguh untuk mendapatkannya dengan usaha keras, kerja cerdas dan doa, insya Allah dia akan mendapatkannya. Karena saya yakin sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan. Wassalamualaikum. wr. wb

Harta Yang Barokah

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha baik, dan tidak menerima kecuali yang baik …” (HR. Bukhari Muslim).

Harta yang berkah adalah harta yang disenangi Allah. Ia tidak harus banyak. Sedikit tapi berkah lebih baik dari pada yang banyak tetapi tidak berkah. Untuk mendapatkan keberkahan harta harus halal. Karena Allah tidak mungkin memberkahi harta yang haram. Dalam surat Al Maidah : 100 Allah menjelaskan bahwa tidak sama kwalitas harta haram dengan harta halal, sekalipun harta yang haram begitu menakjubkan banyaknya. Benar, harta haram tidak akan pernah sama dengan harta halal. Harta haram dalam ayat di atas, Allah sebut dengan istilah khabits. Kata khabits menunjukkan sesuatu yang menjijikkan, seperti kotoran atau bangkai yang busuk dan tidak pantas untuk dikonsumsi karena akan merusak tubuh: secara fisik maupun mental. Sementara harta halal disebut dengan istilah thayyib, artinya baik, menyenangkan dan sangat membantu kesehatan fisik dan mental jika dikonsumsi.

Harta haram apapun bentuknya: hasil mencuri, merampok, menipu, korupsi, illegal loging dan lain sebaginya, hanya akan menuntun pemiliknya untuk menjadi rakus dan kejam. Seorang yang terbiasa mengkonsumsi harta haram jiwanya akan meronta-ronta. Merasa tidak tenang, tanpa diketahui sebabnya. Kegelisahan demi kegelisahan akan terus menyeretnya ke lembah yang semakin jauh dari Allah. Lama kelamaan ia tidak merasa lagi berdosa dengan kemaksiatan. Berkata bohong menjadi akhlaknya. Ia merasa tidak enak kalau tidak berbuat keji. Karenanya tidak mungkin harta haram -sedikit apalagi banyak- mengandung keberkahan. Allah sangat membenci harta haram dan pelakunya. Seorang yang terbiasa menikmati harta haram doanya tidak akan Allah terima: Rasulullah SAW pernah menceritakan bahwa ada seorang musafir, rambutnya kusut, pakaiannya kumal, menadahkan tangannya ke langit, memohon: yaa rabbi yaa rabbi, sementara pakaian dan makanannya haram, mana mungkin doanya diterima (HR. Muslim)

Bukan hanya doanya yang ditolak, sedekahnya pun Allah tolak. Ibn Hibban meriwayatkan Rasulullah bersabda: “Orang yang mendapatkan hartanya dengan cara haram, lalu ia bersedekah dengannya, ia tidak akan mendapat pahala dan dosanya tetap harus ia tanggung”. Imam Adz Dzahaby menambahkan dalam riwayat lain: “Bahwa harta tersebut kelak akan dikumpulkan lalu dilemparkan ke dalam neraka Jahannam”. Maka tidak ada jalan lain untuk meraih keberkahan kecuali hanya dengan merebut harta halal sekalipun sedikit dan nampak tidak berarti.

Ciri utama harta yang berkah adalah jika ia selalu membuat pemiliknya semakin dekat kepada Allah SWT:
a. Menambah ketakwaan

Katakanlah:”Tidak sama yang buruk (harta yang haram) dengan yang baik (harta halal), meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan” (QS.5:100).
Perhatikan dalam ayat ini, setelah Allah menegaskan pentingnya kwalitas harta halal, Ia lalu memerintahkan, untuk bertakwa, suatu indikasi bahwa tidak mungkin harta haram akan membantu mencapai ketakwaan.

b. Memberikan rasa aman

Dalam surat Ibrahim: 24-26, Allah mengumpamakan setiap kebaikan (kalimatun tayyibah) termasuk di dalamnya harta halal dengan sebuah pohon yang kokoh, akarnya menghujam ke bumi, cabangnya menjulang ke langit, memberikan buahnya setiap saat. Sebaliknya setiap keburukan (kalimatun khabitsah) termasuk harta haram, akan menjadi seperti pohon yang goyah, akarnya hanya melingkar dipermukaan bumi, tidak berbuah serta tidak memberikan rasa aman bagi siapa saja yang berteduh dibawahnya.

c. Mengantarkan kapada amal shaleh

Hai para rasul, makanlah yang baik-baik (halal), dan kerjakanlah amal yang saleh (QS, 23:51). Perhatikan hubungan harta halal dengan amal saleh.

d. Mendorong untuk bersyukur

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah. Di sini tergambar bahwa hanya harta halal yang bisa membuat seorang hamba padai bersyukur.
Wallahu a’lam bishshawab.

Oleh: Dr. Amir Faishol Fath
Sumber : wakafcenter.com

Indonesia Berdaya ditanganmu, Wahai Pemuda (Mahasiswa)!

Prioritaskan apa yang kau cintai. Indonesia dulu, Indonesia lagi, dan Indonesia terus. Ibu pertiwi aku mencintaimu. Merdekaaa!!!

Indonesiaku yang kucinta sudah merdeka sejak 17 Agustus 1945, dan artinya menjelang 68 tahun kemerdekaan. Dimana – mana orang mengatakan bahwa sebenarnya Indonesia belum merdeka, tapi saya mengatakan sebaliknya. Indonesia tetap Merdeka. SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA! Mereka yang mengatakan bahwa Indonesia masih terjajah adalah sebenarnya jiwa mereka sendiri yang terjajah. Satu lagi yang saya sayangkan adalah kebanyakan para pengumpat tersebut berasal dari kalangan mahasiswa. Allahu ya kharim, apa yang mereka ketahui tentang Indonesia.

Saya sadari dan menyaksikan sendiri betapa rakyat di negeri ini tercabik – cabik oleh keadaan yang menjadikan mereka harus melupakan segala harap nya kepada wakil rakyat di senayan maupun di daerahnya masing – masing. Yang lebih mengherankan lagi adalah setiap adanya masa pemilihan wakil rakyat, rakyatku yang kucintai ini pun mengulangi kesalahan yang selalu mereka lakukan secara periodik lima tahunan. Dengan sejumlah uang yang ditawarkan, suara mereka di beli dalam pesta rakyat tersebut. Dan mereka selalu saja menuntut dan mengumpat kepada wakil rakyat yang mereka pilih dengan imbalan sejumlah uang tersebut. Mengherankan bukan? lantas, adakah yang salah dengan negeri ku Indonesia? Tidak, negeriku tetap Merdeka!

Beralih pada dunia intelektual bernama bangku kuliah nya mahasiswa. Setiap hari di hadapkan pada papan tulis yang harus berulang kali di hapus karena dosen pengampu mata kuliah nya menggunakan system pengajaran konvensional, sehingga mahasiswa lebih mudah jenuh. Sesekali kadang ketemu dengan dosen yang lebih melek IT, semua materi di tampilkan dengan mesin penampil menyerupai lacar tancep, yang dengannya mahasiswa akan memilih asyiek dengan dunianya sendiri kemudian di akhir kuliah tinggal nyolokin flasdisk untuk minta materi. Di lain kesempatan ketemu dengan dosen yang bergelar professor, biasanya hanya akan memberikan sebuah wacana permasalahan, kemudian meminta mahasiswa untuk mencari solusi nya. Kapan mahasiswa di ajak berfikir tentang kondisi Indonesia dan cara memecahkannya? Hanya anak – anak sosial yang terjun langsung memikirkan hal ini, ya meskipun masih sebatas wacana dan diskusi. Adakah yang salah dengan system pembelajaran tersebut? Ataukah mahasiswa sendiri yang sebenarnya belum merdeka?

Saya meyakini bahwa Negeri ku Indonesia berdeka dan berdaya, hanya saja kita sendiri yang seringkali melemahkan kemerdekaan itu, sehingga seolah menjdai lemah tiada daya. Arus globalisasi serta kemajuan di berbagai bidang bisa segera di wujudkan jika rakyat nya terutama mahasiswa yang menjadi garda terdepan nya mempunyai jiwa yang merdeka. Di mulai dari caranya berpakaian ketika kuliah, dari caranya berjalan ketika melewati satpam dan civitas akademika non-pengajar lainnya, dari caranya makan dan apa yang dilakukan saat makan serta setelahnya, dari caranya melewati akhir pecan dan lain sebagainya. Belum lagi tentang bagimana ia mengikuti proses pembelajaran sampai datangnya ujian akhir semester.

Miris hati ini menyaksikan betapa mereka (mahasiswa) berhutang budi terhadap Negara ini beserta segala asetnya (rakyat, hasil bumi). Jiwa mereka belum merdeka dan mereka mengumpat bahwa Negeri Indonesia masih di jajah. Tidak sadarkah mereka bahwa sendiri yang sedang terjajah? Mengaku intelek namun namun jiwa kosong dari nilai – nilai pengabdian. Lantas dimana tridharma pendidikan? Waktu mereka disita oleh tuntutan akademik dan permintaan orang tua untuk segera lulus. Eh kemudian mereka didukung oleh sistem kurikulum yang begitu dipadatkan. Dan kebanggan seorang rektor akan membahana ketika ada sekian ratus mahasiswa yang lulus tepat waktu dengan predikat cumlaude. Hal ini tidak salah, tapi saya sedang menantikan masanya parameter cumlaude adalah dari kontribusi nya terhadap masyarakat dan dalam mewujudkan Indonesia yang mempunyai daya dan kekuatan untuk memerdekakan rakyatnya dalam segala sudut pandang.

Mari coba kita hubungkan paradigma atas kondisi Indonesia yang terpuruk dalam ketidak berdayaan ini dengan keberadaan mahasiwa. Mahasiswa dengan segala jenjang kedewasaannya membawa harapan yang besar terhadap perbaikan bangsa Indonesia. Akan tetapi, dari sekian banyak harapan yang di sematkan oleh rakyat terhadapa keberadaan mereka, seringkali mengecewakan. Lantas masihkah kita berhak mengatakan bahwa indonesai masih terjajah? Karena sebenarnya, jiwa mahasiswa – mahasiswa itulah yang masih terjajah.

Menjadi pemimpin, adalah bagaimana kemudian menjadikan orientasi kepentingan orang banyak itu menjadi orintasi pribadi kita. Dengan demikian kita akan mulai memikirkan bahwa apa yang selama ini kita lakukan, apa yang selama ini kita butuhkan, atau bahkan sekdar apa yang kita inginkan kesemuanya itu hendaklah kita arahkan kepada kemaslahatan dan kepentingan orang banyak. Maka dengan demikian, kita mampu menjadi pemimpin dan siap memimpin rakyat Indonesia untuk bersegera menyadari bahwa bangsanya memang sudah merdeka dalam arti yang sebenar – benarnya.

Indonesia ideal menjadi sebuah kenyataan ketika kiprah mahasiswa di wujudkan sepenuhnya menuju kedekatan terhadap masyarakat. Boleh belajar ke luar negeri, boleh keliling dunia, boleh mempelajari budaya negara lain, dan lain sebagainya. Tapi mari ingat peran yang seharusnya kita lakukan. Allah menurunkan kita dan menetapkan kita untuk dilahirkan di bumi pertiwi ini bukan karena tidak ada alas an. Kita disiapkan untuk perkara yang besar. Yaitu membesarkan Indonesia dan mewujudkan Indonesia berdaya. Dalam segala hal. Berdaya untuk mngoptimalkan segala potensi yang dimiliki, berdaya untuk menghargai setiap karya putar bangsanya, dan berdaya untuk mempertahankan jati dirinya. Semua terasa lebih kuat dan ringan jika dikerjakan oleh pemuda. Sejak dini, mulai hari ini. Mulai dari pemuda. Mahasiswa!

Ale Ikhwan Jumali (Penulis adalah mahasiswa semester delapan, fakultas teknologi pertanian, universitas gadjah mada saat ini aktif sebagai pendambing di desa binaan dan aktifitas sosial)

10 Hadist Tentang Sedekah

1. Dari Abu Hurairah r.a., Nabi saw. bersabda, “Seandainya aku mempunyai emas sebesar gunung Uhud, sungguh aku gembira apabila ia tidak tertinggal di sisiku selama tiga malam, kecuali aku sediakan untuk membayar utang.” (Bukhari)

2. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi saw. bersabda, “Ketika seorang hamba berada pada waktu pagi, dua malaikat akan turun kepadanya, lalu salah satu berkata, ‘Ya Allah, berilah pahala kepada orang yang menginfakkan hartanya.’ Kemudian malaikat yang satu berkata, ‘Ya Allah, binasakanlah orang-orang yang bakhil.” (Muttafaq ‘Alaih).

3. Dari Abu Umamah r.a., Nabi saw. bersabda, “Wahai anak Adam, seandainya engkau berikan kelebihan dari hartamu, yang demikian itu lebih baik bagimu. Dan seandainya engkau kikir, yang demikian itu buruk bagimu. Menyimpan sekadar untuk keperluan tidaklah dicela, dan dahulukanlah orang yang menjadi tanggung jawabmu.” (Muslim).

4. Dari Uqbah bin Harits r.a., ia berkata, “Saya pernah shalat Ashar di belakang Nabi saw., di Madinah Munawwarah. Setelah salam, beliau berdiri dan berjalan dengan cepat melewati bahu orang-orang, kemudian beliau masuk ke kamar salah seorang istri beliau, sehingga orang-orang terkejut melihat perilaku beliau saw. Ketika Rasulullah saw. keluar, beliau merasakan bahwa orang-orang merasa heran atas perilakunya, lalu beliau bersabda, ‘Aku teringat sekeping emas yang tertinggal di rumahku. Aku tidak suka kalau ajalku tiba nanti, emas tersebut masih ada padaku sehingga menjadi penghalang bagiku ketika aku ditanya pada hari Hisab nanti. Oleh karena itu, aku memerintahkan agar emas itu segera dibagi-bagikan.” (Bukhari).

5. Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa seseorang telah bertanya kepada Nabi saw., “Ya Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya?” Rasulullah saw. bersabda, “Bersedekah pada waktu sehat, takut miskin, dan sedang berangan-angan menjadi orang yang kaya. Janganlah kamu memperlambatnya sehingga maut tiba, lalu kamu berkata, ‘Harta untuk Si Fulan sekian, dan untuk Si Fulan sekian, padahal harta itu telah menjadi milik Si Fulan (ahli waris).” (H.r. Bukhari, Muslim).

6. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Seorang laki-laki dari Bani Israil telah berkata, ‘Saya akan bersedekah.’ Maka pada malam hari ia keluar untuk bersedekah. Dan ia a telah menyedekahkannya (tanpa sepengetahuannya) ke tangan seorang pencuri. Pada keesokan harinya, orang-orang membicarakan peristiwa itu, yakni ada seseorang yang menyedekahkan hartanya kepada seorang pencuri. Maka orang yang bersedekah itu berkata, “Ya Allah, segala puji bagi-Mu, sedekah saya telah jatuh ke tangan seorang pencuri.” Kemudian ia berkeinginan untuk bersedekah sekali lagi. Kemudian ia bersedekah secara diam-diam, dan ternyata sedekahnya jatuh ke tangan seorang wanita (ia beranggapan bahwa seorang wanita tidaklah mungkin menjadi seorang pencuri). Pada keesokan paginya, orang-orang kembali membicarakan peristiwa semalam, bahwa ada seseorang yang bersedekah kepada seorang pelacur. Orang yang memberi sedekah tersebut berkata, “Ya Allah, segala puji bagi-Mu, sedekah saya telah sampai ke tangan seorang pezina.” Pada malam ketiga, ia keluar untuk bersedekah secara diam-diam, akan tetapi sedekahnya sampai ke tangan orang kaya. Pada keesokan paginya, orang-orang berkata bahwa seseorang telah bersedekah kepada seorang kaya. Orang yang telah memberi sedekah itu berkata, “Ya Allah, bagi-Mu segala puji. Sedekah saya telah sampai kepada seorang pencuri, pezina, dan orang kaya.” Pada malam berikutnya, ia bermimpi bahwa sedekahnya telah dikabulkan oleh Allah swt. Dalam mimpinya, ia telah diberitahu bahwa wanita yang menerima sedekahnya tersebut adalah seorang pelacur, dan ia melakukan perbuatan yang keji karena kemiskinannya. Akan tetapi, setelah menerima sedekah tersebut, ia berhenti dari perbuatan dosanya. Orang yang kedua adalah orang yang mencuri karena kemiskinannya. Setelah menerima sedekah tersebut, pencuri tersebut berhenti dari perbuatan dosanya. Orang yang ketiga adalah orang yang kaya, tetapi ia tidak pernah bersedekah. Dengan menerima sedekah tersebut, ia telah mendapat pelajaran dan telah timbul perasaan di dalam hatinya bahwa dirinya lebih kaya daripada orang yang memberikan sedekah tersebut. Ia berniat ingin memberikan sedekah lebih banyak dari sedekah yang baru saja ia terima. Kemudian, orang kaya itu mendapat taufik untuk bersedekah.” (Kanzul)

7. Dari Ali r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Segeralah bersedekah, sesungguhnya musibah tidak dapat melintasi sedekah.” (Razin)

8. Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Allah swt. akan menambah kemuliaan kepada hamba-Nya yang pemaaf. Dan bagi hamba yang tawadhu’ karena Allah swt., Allah swt. akan mengangkat (derajatnya). (Muslim)

9. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi saw. bersabda, “Ketika seseorang sedang berada di padang pasir, tiba-tiba ia mendengar suara dari awan, ‘Curahkanlah ke kebun Fulan.’ Maka bergeraklah awan itu, kemudian turun sebagai hujan di suatu tanah yang keras berbatuan. Lalu, salah satu tumpukan dari tumpukan bebatuan tersebut menampung seluruh air yang baru saja turun, sehingga air mengalir ke suatu arah. Ternyata, air itu mengalir di sebuah tempat di mana seorang laki-laki berdiri di tengah kebun miliknya sedang meratakan air dengan cangkulnya. Lalu orang tersebut bertanya kepada pemilik kebun, “Wahai hamba Allah, siapakah namamu?” Ia menyebutkan sebuah nama yang pernah didengar oleh orang yang bertanya tersebut dari balik mendung. Kemudian pemilik kebun itu balik bertanya kepadanya, “Mengapa engkau menanyakan nama saya?” Orang itu berkata, “Saya telah mendengar suara dari balik awan, ‘Siramilah tanah Si Fulan,’ dan saya mendengar namamu disebut. Apakah sebenarnya amalanmu (sehingga mencapai derajat seperti itu)?” Pemilik kebun itu berkata, “Karena engkau telah menceritakannya, saya pun terpaksa menerangkan bahwa dari hasil (kebun ini), sepertiga bagian langsung saya sedekahkan di jalan Allah swt., sepertiga bagian lainnya saya gunakan untuk keperluan saya dan keluarga saya, dan sepertiga bagian lainnya saya pergunakan untuk keperluan kebun ini.” (Muslim).

10. Dari Abu Hurairah r.a., Nabi saw. bersabda, “Seorang wanita pezina telah diampuni dosanya karena ketika dalam perjalanan, ia melewati seekor anjing yang menengadahkan kepalanya sambil menjulurkan lidahnya hampir mati karena kehausan. Maka, wanita tersebut menanggalkan sepatu kulitnya, lalu mengikatkannya dengan kain kudungnya, kemudian anjing tersebut diberi minum olehnya. Maka dengan perbuatannya tersebut, ia telah diampuni dosanya.” Seseorang bertanya, “Adakah pahala bagi kita dengan berbuat baik kepada binatang?” Beliau saw. menjawab, “Berbuat baik kepada setiap yang mempunyai hati (nyawa) terdapat pahala.” (Muttafaq ‘alaih)

Dua Hadist Riwayat Imam Muslim Tentang Zakat

Dosa orang yang enggan membayar zakat

Hadits riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Setiap pemilik emas atau perak yang tidak mau memenuhi haknya (tidak mau membayar zakat), pada hari kiamat pasti ia akan diratakan dengan lempengan-lempengan bagaikan api, lalu lempengan-lempengan itu dipanaskan di neraka Jahanam, kemudian lambungnya diseterika dengan lempengan itu, juga dahi dan punggungnya. Setiap kali lempengan itu mendingin, akan dipanaskan kembali. Hal itu terjadi dalam sehari yang lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun. Hal ini berlangung terus sampai selesai keputusan untuk tiap hamba. Lalu ditampakkan jalannya, ke surga atau ke neraka.”

Ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan unta?

Rasulullah saw bersabda: “Begitu pula pemilik unta yang tidak mau memenuhi haknya. Di antara haknya adalah (zakat) susunya pada waktu keluar. Pada hari kiamat, pasti unta-unta itu dibiarkan di padang terbuka, sebanyak yang ada, tidak berkurang seekor anak unta pun dari unta-untanya itu. Dengan tapak kakinya, unta-unta itu akan menginjak-injak pemiliknya dan dengan mulutnya, mereka menggigit pemilik itu. Setelah unta yang pertama telah melewatinya, maka unta yang lain kembali kepadanya. Ini terjadi dalam satu hari yang lamanya sama dengan lima puluh ribu tahun, sampai selesai keputusan untuk tiap hamba, ke surga atau ke neraka.”

Ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan sapi dan kambing?

Rasulullah saw. bersabda: “Demikian juga pemilik sapi dan kambing yang tidak mau memenuhi hak sapi dan kambing miliknya itu. Pada hari kiamat, tentu sapi dan kambing itu akan dilepas di suatu padang yang rata, tidak kurang seekor pun. Sapi-sapi dan kambing-kambing itu tidak ada yang bengkok, pecah atau hilang tanduknya. Semuanya menanduk orang itu dengan tanduk-tanduknya dan menginjak-injak dengan tapak-kaki tapak-kakinya. Setiap lewat yang pertama, maka kembalilah yang lain. Demikian terus-menerus dalam satu hari yang sama dengan lima puluh ribu tahun, sampai selesai keputusan untuk tiap hamba, ke surga atau ke neraka.”

Ditanyakan: “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan kuda?

Beliau bersabda: “Kuda itu ada tiga macam; menjadi dosa bagi seseorang, menjadi tameng bagi seseorang dan menjadi ganjaran bagi seseorang. Adapun kuda yang menjadi dosa bagi seseorang adalah kuda yang diikat dengan maksud pamer, bermegah-megahan dan memusuhi penduduk Islam, maka kuda itu bagi pemiliknya merupakan dosa. Adapun yang menjadi tameng bagi seseorang adalah kuda yang diikat pemiliknya untuk berjuang di jalan Allah, kemudian pemilik itu tidak melupakan hak Allah yang terdapat pada punggung dan leher kuda, maka kuda itu menjadi tameng bagi pemiliknya (penghalang dari api neraka). Adapun kuda yang menjadi ganjaran bagi pemiliknya adalah kuda yang diikat untuk berjuang di jalan Allah, untuk penduduk Islam pada tanah yang subur dan taman. Maka sesuatu yang dimakan oleh kuda itu pada tanah subur atau taman tersebut, pasti dicatat untuk pemiliknya sebagai kebaikan sejumlah yang telah dimakan oleh kuda dan dicatat pula untuk pemiliknya kebaikan sejumlah kotoran dan air kencingnya. Bila tali pengikat terputus, lalu kuda itu membedal, lari sekali atau dua kali, maka Allah akan mencatat untuk pemiliknya kebaikan sejumlah langkah-langkah dan kotoran-kotorannya. Dan jika pemilik kuda itu melewatkan kudanya pada sungai, kemudian kuda itu minum dari air sungai tersebut, padahal ia tidak hendak memberi minum kudanya itu, maka Allah pasti mencatat untuknya kebaikan sejumlah apa yang telah diminum kudanya.”

Ditanyakan: “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan keledai?

Rasulullah saw. bersabda: “Tidak ada wahyu yang diturunkan kepadaku tentang keledai kecuali satu ayat yang unik dan menyeluruh ini: Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya ia akan melihat balasannya. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya ia akan melihat balasannya.”

Shahih Muslim No. 1647

Hukuman keras bagi orang yang tidak mau membayar zakat

Hadis riwayat Abu Zar ra., ia berkata: Aku menghampiri Nabi saw. yang sedang duduk di bawah bayang-bayang Kakbah. Ketika beliau melihatku beliau bersabda:

“Mereka benar-benar merugi, demi Tuhan Kakbah!” Kemudian aku duduk, tetapi tidak tenang, maka aku segera bertanya: “Wahai Rasulullah, demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, siapakah mereka?”

Rasulullah saw. menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang paling banyak harta, kecuali yang berkata begini, begini dan begini (beliau memberi isyarat ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri). Mereka yang mau berbuat demikian sangat sedikit. Setiap pemilik unta atau sapi atau kambing yang tidak mau membayar zakatnya, pasti nanti pada hari kiamat, hewan-hewan itu akan datang dalam keadaan lebih besar dan lebih gemuk dari sebelumnya, menanduki pemiliknya dengan tanduk-tanduknya dan menginjak-injak dengan telapak kaki-telapak kakinya. Setiap kali yang lain telah selesai, datang lagi yang pertama sampai diputuskan di hadapan seluruh manusia.”

Shahih Muslim No. 1652

Adab Menuntut Ilmu

“Adab adalah satu pengajaran yang membuat manusia mampu menempatkan diri pada kehidupan pada apa dan siapa yang dihadapinya.”

Jalan cinta pencari ilmu

Adab adalah satu pengajaran yang membuat manusia mampu menempatkan diri pada kehidupan pada apa dan siapa yang dihadapinya. Adab diturunkan untuk membentuk peradaban. Peradaban artinya penataan agar manusia mencapai kualitas hidup  terbaik sesuai dengan pengetahuan yang dipahaminya  yg membuat nya bisa mampu menempatkan diri ditengah alam semesta. Akhlak dan adab dalam kamus adalah satu kesatuan. Dalam agama kesemuanya adalah akhlak. Akhidah adalah akhlak kepada Allah. Ibadah adalah akhlak kepada sendiri dan Allah. Akhlak ada pada hati pikiran dan perbuatan. Mu’amalah akhlak kepada diri kita dan sesama. Akhlak bersesuai dengan adab agar dapat menyesuaikan diri. Adab bagian dari akhlak. adab penampilan dhohir sementara akhlak tampak dari hati juga.

Adab menuntut ilmu maka bagaimana  seorang penuntut ilmu (murid). Murid adalah orang yang menginginkan. Orang yang sedang menghendaki untuk mendapatkan kemuliaan ilmu dan  mampu menempatkan diri apa (ilmu) dan siapa (Allah, diri sendiri, dan sesama pencari ilmu).  Urgensi menuntut ilmu yaitu untuk memperbaiki adab. Seorang insan penuntut ilmu yang tidak mempunyai adab bagaikan lalat yang terbang yang menaburkan penyakit.

Adab menuntut ilmu terbagi menjadi beberapa hal

1.    Adab kepada Allah

Adab yang harus diadakan adalah keikhlasan, kemurnian tujuan dan niat hanya untuk Allah. Karena dalam ilmu ada godaan – godaan seperti godaan mencari dunia dengan ilmu. Ilmu adalah kemuliaan yang paling tinggi. Dalam menuntut ilmu tidak ikhlas tidak murni karena Allah itu sangat besar godaannya. Kadang ada orang menuntut ilmu hanya karena ingin mengalahkan seseorang yang dianggap alim. Ilmu tidak digunakan sebagai alat untuk mencapai kemasyhuran. Adab seorang yaitu hendaklah dengan ilmu itu bisa mencapai ketakwaan. Dikatakan oleh ibnu umar ra. “Jika ilmu tidak membuat orang menangis karena takut pada Allah berarti ilmu itu tidak bermanfaat”. Dengan ilmu itu orang menjadi semakin memahami bahwa dia  perlu menghindari azab neraka.

Wajib membaca ilmu dengan atas nama Allah. Sikap ilmiah bisa dimulai dari keyakinan kepada Allah. Ilmu itu tidak didapatkan dengan instan  tetapi perlu adanya proses empiris. Ilmu dapat dicapai dengan suatu proses dan melakukan pendalaman terhadap ilmu tersebut.

2.    Adab terhadap Ilmu

Mengenai adab terhadap ilmu, Al imam Assyafi’i pernah merangkum dalam syair yaitu sebagai berikut

1. ) Menjadi cerdas dengan bertakwa kepada Allah SWT

Agar seorang yang mencari ilmu menjadi cerdas. Kecerdasan yang dimaksud yaitu bagaimana menjaga akal dan karunia yang telah Allah berikan dari kemaksiatan agar dapat bertakwa kepada Allah. Ketakwaan kepada Allah akan membentuk kecerdasan. Sebuah kemaksiatan dapat menghilangkan ilmu. Terlarang dari seorang penuntut ilmu makan dilihat banyak orang (makan dipinggir jalan).

2.) Ambisi

Seseorang tidak akan mendapatkan ilmu tanpa ambisi. Menuntut ilmu harus sedikit demi sedikit dan perlahan – lahan. Ilmu harus dimuliakan tidak boleh ilmu kalah dengan pennguasa hanya karena harta dari penguasa tersebut.

3.) Jihad

Ahli ilmu harus berjihad.  Salah satu jihad adalah jihadun nafs. Jihadun nafs punya makna mengilmui al huda dan dinul haq, mengimani al huda dan dinul haq, mengamalkan al huda dan dinul haq, mendakwahkan al huda dan dinul haq, dan sabar dalam mengilmui, mengimani, mengamalkan, mendakwahkan al huda dan dinul haq. Mencari ilmu adalah jihad ketika seseorang meninggal ketika mencari ilmu maka beliau mati dalam kesyahidan.

4.) Uang

Dalam menuntut ilmu diperlukan satu keteguhan hati untuk menyisihkan sebagian anggaran yang besar untuk ilmu dari pada yang lain.

5.) Membersamai guru

6.) Berlama – lama dalam menuntut ilmu

3.    Adab terhadap guru

4.    Adab terhadap sesama penuntut ilmu (kawan)

Ujian terbesar dari ahli ilmu adalah dengki. Adab terhadap sesama penuntut ilmu adalah bagaimana berlemah lembut, saling berbagi, dan berdiskusi. Berbagi ilmu dengan ahli ilmu tidak akan mengurangi ilmu yang dimiliki tetapi malah menambah ilmu.

5.    Adab terhadap diri sendiri

Yang dimaksud adab terhadap diri sendiri yaitu menjaga kehormatan ilmu. Imam Ibnu Hajar tampil dengan mewah karena untuk menjaga martabat ahli ilmu . Kata Imam Malik “Tidak berdiri dipintu – pintu penguasa karena  mengharap hartanya”. Imam Malik ketika diminta untuk mengajar anak Harun Arrasyid di istana, Imam malik berkata bahwa ilmu itu tidak mendatangi tetapi didatangi sehingga beliau tidak mau mendatangi ke istana tetapi anak Harun Arrasyid harus mendatangi Imam Malik.

 

Ringkasan kajian Ust Salim A Fillah ditulis oleh Septiana Yusniamin

Photo by Masjid Pogung Dalangan on Unsplash